SOLOPOS.COM - Komunitas Wayang Berbicara menampilkan pementasan wayang di kafe Warjo, Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, Selasa (5/7/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Sekelompok anak muda Klaten yang tergabung dalam Komunitas Wayang Berbicara menggelar pementasan keliling kafe selama Juli 2022. Mereka berharap bisa menciptakan publik baru penikmat wayang di era digital.

Pementasan Wayang Berbicara dilakukan di lima kafe. Rangkaiannya sudah dimulai sejak 2 Juli lalu.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Pementasan wayang yang mengangkat lakon Journey of Bima itu digelar di Kopi Gati (2 Juli 2022), Warjo (5 Juli 2022), Bento Kopi (16 Juli 2022), Brix Coffee Wedi (23 Juli 2022), dan Eonia (30 Juli 2022).

Dalam pementasan itu mereka mengawinkan antara seni tradisi dengan modern. Seperangkat wayang ditampilkan dalam pementasan tersebut. Ada kelir menampilkan bayangan wayang.

Namun, mereka tak membawa gamelan. Sebagai gantinya, pementasan diiringi musik modern serta etnik. Latar belakang kelir tak hanya berwarna putih karena sorot lampu.

Baca Juga: Dikasih Info Mazzeh! Hari Jadi Klaten Hadirkan Deretan Artis Ibu Kota

Mereka menampilkan aneka gambar latar belakang hasil lukis tangan dan sesekali digerakkan secara manual. Ada pula tetesan minyak.

Gambar latar belakang itu ditampilkan menggunakan overhead projector (OHP), alat bantu presentasi visual untuk memproyeksikan tulisan atau gambar pada transparancy film.

Alhasil, visual latar belakang yang ditampilkan pada kelir seakan hidup di balik bayang-bayang wayang yang dimainkan oleh dalang.

Pementasan berlangsung selama satu jam. Sesekali pementasan itu menyelipkan isu sosial kekinian.

Baca Juga: Gamelan dan Harmoni di Sekolah

Selain itu, dalang atau dalam pementasan itu lebih memilih disebut sebagai naracarita menciptakan ruang tektokan dengan penonton.

“Wayang Berbicara itu suatu pemanggungan wayang yang ibaratnya bisa membicarakan apapun tanpa tersekat ruang, waktu, dan peristiwa. Kami ingin mencoba menghilangkan sekat antara penonton dan pelaku seni wayang. Tujuannya menciptakan publik baru penikmat wayang,” kata Naracarita Wayang Berbicara, Sukana, 25, saat berbincang dengan Solopos.com seusai tampil di Kafe Warjo, Selasa (5/7/2022).

Komunitas itu muncul di tengah kegelisahan terhadap seni tradisi yang mulai ditinggalkan generasi kekinian.

“Generasi masa kini seakan-akan tidak suka atau bahkan menjauhi wayang dan kesenian. Bagaimana dengan media wayang berbicara ini bisa mengemas peristiwa apapun dan tersampaikan dengan enak. Kami menggunakan dua media, yakni media wayang dan media modern dan ada sentuhan musik etnik,” jelas dia.

Baca Juga: Kunjungi Desa Wisata Bugisan, Sandiaga Kepincut Ecoprint-Pring Sedapur

Sukana menceritakan sebelum pementasan Komunitas Wayang Berbicara selalu melakukan riset terkait isu kekinian yang akan diangkat dalam pementasan.

“Termasuk di mana tempat kami pentas. Kami menyesuaikan dengan penontonnya serta bahasa yang digunakan. Sebagaimana yang diajarkan guru saya, harus sadar ruang, waktu, dan peristiwa,” jelas dia.

Salah satu anggota Komunitas Wayang Berbicara, Adi, 39, menceritakan konsep penampilan itu muncul dari hasil latihan yang dilakukan selama beberapa waktu. Dia menjelaskan anak muda yang tergabung dalam komunitas itu berasal dari berbagai latar belakang seni, mulai dari tradisi hingga modern.

Mereka berharap Wayang Berbicara bisa diterima generasi kekinian terutama di Kabupaten Bersinar. Dengan pendekatan kekinian, komunitas itu meyakini seni tradisi tetap lestari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya