SOLOPOS.COM - Sejumlah warga di Desa Tanggulangin, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri, mengikuti tradisi kondangan bakdan di rumah warga, Kamis (20/4/2023). (Istimewa/Nandar Suyadi).

Solopos.com, WONOGIRI–Warga di beberapa wilayah di Wonogiri masih melaksanakan tradisi kondangan bakdan menjelang Lebaran. Selain sebagai ungkapan rasa syukur, tradisi itu juga sarana mencari berkah Lebaran.

Kepala Desa Waru, Kecamatan Slogohimo, Wisnu Sejati, mengatakan kondangan bakdan masih lestari di Desa Waru hingga saat ini.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Belum diketahui pasti sejak kapan budaya tersebut muncul di desa yang dekat dengan Hutan Donoloyo tersebut. Yang jelas, kegiatan itu sudah berlangsung turun-temurun sejak zaman dulu.

Kondangan bakdan adalah kegiatan serupa syukuran atau selamatan. Tuan rumah menyajikan aneka makanan untuk diberikan kepada para undangan yang terdiri atas tetangga dekat rumah. Perbedaan kondangan bakdan dengan acara selamatan yaitu pada jumlah undangan.

“Kalau kondangan bakdan, undangannya lebih sedikit, hanya tetangga kiwa-tengen rumah,” kata Wisnu kepada Solopos.com, Kamis (20/4/2023).

Menurut Wisnu, kondangan bakdan pada umumnya dilaksanakan di banyak rumah di Desa Waru. Namun kegiatan itu tidak bersifat wajib, hanya warga yang mau dan mampu yang menyelenggarakan.

Warga Desa Tanggulangin, Kecamatan Jatisrono, Nandar Suyadi, mengungkapkan kondangan bakdan kerap digelar tiga sampai satu hari sebelum Lebaran.

Di Desa Tanggulangin, pelaksanaan kondangan bakdan di setiap dusun tidak selalu sama. Ada dusun yang menggelar kondangan bakdan di hampir setiap rumah warga. Ada pula dusun yang digelar di satu rumah saja, misalnya di rumah kepala dusun (kadus).

“Kalau digelar di setiap rumah, biasanya warga berpindah-pindah rumah untuk kondangan dalam waktu berdekatan. Ada warga yang dari pagi sampai sore itu kondangan terus ke setiap rumah,” ujar Yadi.

Dalam kegiatan itu para undangan mendoakan tuan rumah dengan dipimpin sesepuh desa. Selepas berdoa, mereka diberikan berkat yang berisi nasi dan lauk seperti daging, tempe, sayuran, dan apem.

Biaya penyelenggaraan kondangan bakdan sekitar Rp500.000. Kegiatan itu tidak diwajibkan digelar di setiap rumah.

Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Jimbar, Kecamatan Pracimantoro, Sutrisno, menyampaikan kondangan bakdan di desanya juga masih diselenggarakan ketika mendekati Lebaran tetpai hanya dilaksanakan di masjid.

Warga membawa makanan ke masjid kemudian dimakan bersama-sama dengan warga lain.

“Warga saling bertukar makanan, jadi mereka tidak makan yang dibawa sendiri, melainkan makan makanan orang lain,” ujar Sutrisno.

Dia menyebut ada pergeseran pola penyajian makanan kondangan bakdan. Zaman dulu warga membawa makanan ke masjid menggunakan encek atau gedebog pisang. Namun sekarang dibungkus dengan plastik atau daun saja.

“Masih lestari sampai sekarang. Budaya itu tidak sekadar makan bersama, tapi juga sarana berkumpul antarwarga, menyatukan hati, apalagi dilaksanakan mendekati Lebaran ketika para perantau pulang kampung,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya