SOLOPOS.COM - Warga melewati jalan di perbatasan Sragen-Grobogan yang kontras, yakni jalan di wilayah Grobogan halus, setelah memasuki wilayah Sragen menjadi rusak, tepatnya di Dukuh Ploso Ombo, Desa Banyurip, Kecamatan Jenar, Sragen, Rabu (3/5/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Kondisi jalan di perbatasan Sragen dan Grobogan begitu kontras. Kondisi jalan di wilayah Sragen rusak dan bergelombang, sedangkan jalan di wilayah Grobogan dicor mulus selebar 4 meter karena baru selesai dibangun  pertengahan 2022.

Warga di perbatasan berharap Pemkab Sragen melakukan hal yang sama, memperbaiki jalan sehingga mulus. Jalan itu merupakan jalan kabupaten dan jadi akses alternatif dari Grobogan menuju pintu tol Sragen Timur. Jalan itu rusak sepanjang 2,2 km di ruas Dukuh Ploso Ombo, Desa Banyurip, Kecamatan Jenar, Sragen. Sedangkan jalan yang bagus itu berada di wilayah Dukuh Wuni, Desa Keongan, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Camat Jenar, Dani Wahyu Setiawan, bersama warga setempat mengecek sendiri kondisi jalan rusak tersebut, Rabu (3/5/2023). Dani mewakili Pemkab Sragen menyampaikan pembangunan jalan itu sudah diusulkan lewat Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) 2023 dengan pagu usulan senilai Rp6,3 miliar.

Seorang warga Dukuh Ploso Ombo RT 009, Komari, 47, mengungkapkan sudah 10 tahun jalan itu rusak. Dulu masih mending karena tak ada kendaraan besar melintas, tapi sekarang tidak demikian. Banyak kendaraan besar lewat jalan tersebut dan memperparah kerusakan.

“Bahkan Pak Ganjar [Gubernur Jateng Ganjar Pranowo] pernah melewati jalan rusak ini saat meresmikan jalan baru itu di Randu Blatung sekitar 2 bulan lalu. Kalau kondisi hujan, jalan ini menjadi licin dan tidak layak. Padahal anak-anak sekolah lewatnya jalan ini. Dari Kradenan itu sudah dibangun cor blok selebar 4 meter,” jelasnya.

Jalan Tanah Berbatu

Komari mewakili warga merasa senang bila jalan rusak itu segera dibangun, melanjutkan jalan bagus dari Grobogan. Warga lebih cepat lewat jalur ini dari Grobogan daripada lewat Galeh, Tangen.

“Mudik kemarin itu banyak pengendara mobil yang bertanya tentang arah Sragen dan jalan tol karena tidak ada papan rambu penunjuk arah. Warga itu sampai bilang kok ya masih ada jalan seperti ini,” jelasnya.

Lebih jauh Komari menceritakan selama 20 tahun hidup di perbatasan, ia baru kali pertama melihat jalan di Keongan, Grobogan, tersentuh semen. Sebelumnya jalan itu berupa tanah bercampur batuan.

Jika melihat historisnya, menurut Komari, kondisi jalan di Sragen sebenarnya lebih mending karena sudah tersentuh cor beton beberapa tahun lalu walaupun akhirnya sekarang rusak.

“Sebelumnya warga bergotong-royong menguruk jalan saat menjelang panen tebu. Jalan dari perbatasan ini bisa tembus Kradenan, Sulur, Randung Blatung, dan Purwodadi. Kalau ke timur ya tembus ke Jenar, Sambungmacan, arah Jawa Timur. Warga meminta jalan bagus itu supaya disambung supaya akses ke Sragen lebih cepat,” ujarnya.

Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Banyurip, Madi Mitro Winarno, 65, mengaku memiliki kebun tebu seluas 7.000 meter di perbatasan Sragen-Grobogan. Menjelang musim tebang tebu, Madi juga ikut serta menguruk jalan dengan menggunakan dana pribadi. “Sejak saya hidup di Banyurip ini sering memperbaiki jalan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya