Soloraya
Minggu, 9 Desember 2012 - 17:05 WIB

KONFLIK PASOKAN AIR KLATEN-SOLO: Potensi Mata Air Baru di Dalam Kota Dicermati

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

SOLO – Langkah antisipatif dilakukan Pemkot Solo menyusul meruncingnya konflik pemanfaatan air Cokro Tulung. Pemkot berencana menggali potensi sumber mata air baru di dalam kota. Dalam waktu dekat, Pemkot akan mengeksplorasi tiga sumber mata air tersebut.
Advertisement

Sekretaris Daerah (Sekda) Solo, Budi Suharto, mengatakan Pemkot bakal menggandeng Badan Lingkungan Hidup (BLH) Solo dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Solo untuk mengecek sumber air. Potensi baru itu diketahui berada di sekitar perempatan Gemblekan (Jl Veteran), perempatan Beteng (Jl Mayor Sunaryo) dan satu lokasi yang masih dicari koordinatnya. Sumber air itu konon berupa umbul.

“Rencananya besok Pak Wali, BLH dan PDAM akan melihat langsung ke lapangan. Asumsi sementara, tiga sumber air itu adalah umbul, lokasinya di sekitar tepian jalan,” terang Budi, Minggu (9/12/2012). Menurut Sekda, tiga umbul tersebut pernah menjadi sumber air warga pada masa lampau. Seiring berjalannnya waktu, tiga umbul itu pun tertutup bangunan dan terlupakan. Budi menyebut Pemkot serius menjajaki potensi ketiga umbul itu mengingat tingginta kebutuhan air dalam kota.

Seperti diketahui, 40% suplai air bersih Kota Bengawan masih tergantung pada umbul Cokro Klaten. Lebih lanjut, Sekda memerkirakan kajian terhadap ketiga umbul itu memerlukan waktu panjang. Pihaknya perlu membuktikan tingkat kejernihan air, debit air hingga kelayakan konsumsi sumber air tersebut. “Eksplorasinya pun harus hati-hati. Jangan sampai menimbulkan dampak lain. Yang terpenting harus dilihat, apakah air cukup deras mengalirnya? Apakah butuh pengolahan sebelum distribusi?,” bebernya.

Advertisement

Mengenai status lahan di tiga umbul itu, Budi memastikan berada di wilayah publik. Artinya, Pemkot memiliki keleluasaan mengelola sumber air tersebut. Sekda meyakini masih banyak mata air tersembunyi di Kota Solo.

Sebelumnya, Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo, mengatakan kajian teknis diperlukan untuk mereduksi dampak sosial yang bisa terjadi. Rudy tak ingin eksplorasi tersebut justru menjadi bumerang di kemudian hari. “Saya tidak mau nasibnya seperti Lapindo,” ujarnya berkelakar. Di lain pihak, Pemkot enggan menanggapi serius warga Klaten yang mendukung ancaman Bupatinya, Sunarna. Diketahui, Sunarna sempat mengancam menghentikan pasokan air ke Solo jika PDAM urung membayar utang Rp4,1 miliar. “Warga jangan tergiring opini seperti itu. Semua harus menahan diri, tidak saling menyalahkan. Kalau head to head terus seperti ini sama saja hukum rimba,” pungkas Sekda.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif