Soloraya
Rabu, 23 Maret 2022 - 17:20 WIB

Konservasi Daerah Tangkapan Air di WGM Terkendala Anggaran, Kok Bisa?

Luthfi Shobri Marzuqi  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Objek Wisata Watu Cenik menyuguhkan panorama yang indah, yakni Waduk Gajah Mungkur (WGM) yang terbentang sangat luas dan perbukitan berselimut tumbuhan berwarna hijau. (Solopos/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI — Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) masih mengandalkan program Wonogiri Watershed Conservation atau program konservasi daerah tangkapan air di Waduk Gajah Mungkur (WGM) dalam mengurangi kerusakan daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo. Dalam perkembangannya, progam tersebut belum berjalan optimal karena sering mengalami kendala anggaran.

Wonogiri Watershed Conservation telah dimulai sejak tahun 2007. Program tersebut diklaim telah berhasil mengurangi kerusakan daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo. Saat ini, BBWSBS memprioritaskan Sungai Keduang karena menjadi penyumbang air terbanyak yang mengisi WGM.

Advertisement

Kepala BBWSBS, Agus Rudyanto, mengatakan, upaya yang dilakukan dalam program konservasi itu mencakup struktural dan nonstruktural. Upaya nonstruktural diwujudkan langkah BBWSBS telah menggandeng 18 desa dalam tahap konservasi. Belasan desa itu tergabung dalam kelompok konservasi tanah dan air (KKTA).

Baca Juga: Konservasi Daerah Tangkapan Air WGM Prioritaskan Sungai Ini

Advertisement

Baca Juga: Konservasi Daerah Tangkapan Air WGM Prioritaskan Sungai Ini

“Mereka kami beri sosialisasi agar paham dan kami beri petunjuk teknis [mencegah laju sedimentasi di sungai], seperti membuat terasering, penggalian plat, dan penanaman pohon,” kata Agus kepada Solopos.com, Selasa (22/3/2022).

Hasil dari kegiatan nonstruktural tersebut, sebanyak tiga desa yang erosi tanah sungainya berkurang 80-100 persen, tiga desa berkurang 50-80 persen, dan 12 desa yang capaian pengurangan erosinya kurang dari 50 persen. Selain upaya nonstruktural, BBWSBS juga telah melakukan upaya struktural, seperti membangun bangunan terjunan, cekdam, talud, lining saluran, gorong-gorong, dan bak kontrol.

Advertisement

Baca Juga: Kisah Warga Bantaran Sungai Wiroko Wonogiri, Rumah Kebanjiran 7 Kali

“Setiap tahun sebenarnya sudah dianggarkan maksimal untuk penanganan DAS. Tapi karena keuangan terbatas maka proposal anggaran kami dipotong,” kata Agus.

Agus mengatakan pengikisan anggaran sangat dirasakan saat muncul pandemi Covid-19. Di samping itu, munculnya proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) juga mempengaruhi anggaran di BBWSBS. Pemerintah lebih memfokuskan dua hal tersebut sehingga berdampak pada program konservasi DAS Bengawan Solo.

Advertisement

Ahli Madya Teknik Pengairan BBWSBS, Arlendenovega Satria Negara, mengatakan program Wonogiri Watershed Conservation masih berkonsentrasi di Sungai Keduang karena menjadi penyumbang air terbanyak di WGM (sebanyak 40 persen). Penyumbang air berikutnya, yakni Sungai Tirtomoyo yang mencapai 16 persen.

Baca Juga: Astaga! Sedimentasi di Sungai Wiroko Wonogiri Ternyata Sudah Parah

Wonogiri Watershed Conservation ditujukan memperbaiki kerusakan sungai dalam jangka panjang. DAS hulu yang bermuara ke WGM terdiri atas beberapa sungai, seperti Keduang, Tirtomoyo, Uper Solo, Alang, dan lain-lain. Setiap sungai tersebut memiliki masalah utama, yaitu sedimentasi yang menyebabkan air sungai keruh, dangkal, dan rentan meluap lalu menghadirkan bencana banjir.

Advertisement

“BBWSBS sudah melakukan studinya sejak 2007 dan pelaksanaannya baru mulai dilakukan pada 2009,” kata dia.

Advertisement
Kata Kunci : Wonogiri Konservasi Sungai WGM
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif