SOLOPOS.COM - Nanik Muryani, 55, menunjukkan produk abon lele Lohjinawi di RT 001 RW 003, Kelurahan Timuran, Kecamatan Banjarsari, Solo, Selasa (15/8/2023). (Solopos.com/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO–Produk ikan olahan terus didorong untuk meningkatkan konsumsi ikan di Kota Solo. Pemkot Solo menggandeng sejumlah kelompok pengolah dan pemasar (Poklasar) melakukan diversifikasi produk olahan ikan.

Sub Koordinator Perikanan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Solo Atik Silviati menjelaskan angka konsumsi ikan (AKI) Kota Solo 28,51 kg per kapita pada 2021 meningkat menjadi 32,61 kg per kapita pada 2022. Belum ada hasil survei pada 2023. AKI Solo tergolong rendah.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Menurut dia, salah satu alasan AKI Kota Solo rendah adalah kurangnya minat masyarakat untuk mengonsumsi ikan. Pemkot Solo menjalankan sejumlah program untuk meningkatkan AKI Solo, salah satunya inovasi Sinergi makan ikan mantap betul (Minamantul) dengan pemberdayaan Poklasar melalui pemanfaatan pengolahan hasil perikanan berbasis zero waste.

“Kami memberdayakan tiga Poklasar di Kelurahan Timuran, Kelurahan Banjarsari, dan Kelurahan Nusukan,” kata dia ditemui Solopos.com saat pendampingan Poklasar di Kelurahan Timuran, Kecamatan Banjarsari, Solo, Senin (14/8/2023).

Menurut  dia, Pemkot Solo memberikan pelatihan mengolah ikan air tawar kepada Poklasar. Mereka memanfaatkan semua bagian ikan, antara lain daging, kepala, sirip, tulang. Selain itu, limbah ikan dimanfaatkan menjadi pupuk organik. Hasil panen tanaman bisa menjadi pakan ikan.

Atik mengatakan kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) dilakukan Pemkot Solo dengan memberikan bantuan paket produk olahan ikan kepada 300 keluarga berisiko stunting setiap tahun. Produk yang dibeli Pemkot Solo dari produk Poklasar binaan.

Sementara itu, Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan AKI 2022 sebesar 59,53 kg/kapita/tahun. Untuk mencapai target AKI nasional, Ditjen Peningkatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSKP) terus menggiatkan kampanye Gemarikan di 34 provinsi dengan target sasaran wilayah dengan rawan gizi dan stunting.

Salah warga Kelurahan Timuran, Nanik Muryani, 55 telah memulai usaha abon lele sejak pandemi Covid-19. Nanik bersama Poklasar Lohjinawi memanfaatkan lahan yang terbatas untuk membuat kolam ikan.

“Alasan memilih lele karena mudah dicari di semua pasar, harganya murah, dan mudah dibudidaya,” kata dia.

Menurut dia, semula para perempuan anggota Lohjinawi kesulitan memasarkan lele waktu panen. Selanjutnya para perempuan mengolah lele menjadi abon supaya meningkatkan nilai ekonomi hasil budidaya lele.

Nanik bersama perempuan lain berhasil memproduksi 75 kg ikan menjadi abon lele setiap bulan. Produk abon Lohjinawi dipasarkan dengan kemasan per 100 gram. 

Selain memanfaatkan daging lele menjadi abon, Nanik kini mulai memanfaatkan sirip lele menjadi keripik, kulit lele diolah menjadi keripik, tulang lele diolah menjadi basreng, kepala lele menjadi kerupuk, dan limbah lele menjadi pupuk organik. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya