SOLOPOS.COM - Logo koperasi (JIBI/Solopos.com/Dok)

Solopos.com,SOLO — Ratusan lembaga koperasi yang terdata di Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Dinkop UMKM) Kota Solo, Jawa Tengah dinyatakan mati suri. Dari jumlah tersebut, sejumlah lembaga diduga koperasi abal-abal.

Sekretaris Daerah (Sekda) Solo, Budi Suharto, saat ditemui wartawan di Balai Kota, Rabu (23/4/2014), mengatakan hanya 30% koperasi di Kota Solo yang tergolong sehat. Sedangkan sisanya mengalami permasalahan seperti minimnya partisipasi anggota dan kredit macet. Hingga April 2014, jumlah koperasi di Solo tercatat 536 lembaga. “Laporan yang saya dapat, cuma 30% koperasi yang aktif berkegiatan. Sisanya mati suri karena berbagai hal,” ujarnya.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Sekda tak menampik keberadaan koperasi bodong turut menambah jumlah koperasi yang mati suri di Solo. Budi mengatakan koperasi model ini biasanya terbentuk saat ada program yang mengucurkan bantuan bagi koperasi. Selepas mendapat bantuan, imbuhnya, koperasi langsung tutup buku dan mengabaikan anggota. “Indikasi keberadaan koperasi nakal cukup kuat. Mereka semata-mata berdiri untuk mengambil bantuan pemerintah,” tuturnya.

Pihaknya mengakui cukup sulit mengantisipasi tumbuhnya koperasi bodong. Sebab saat perizinan awal, Sekda mengklaim koperasi mampu menunjukkan citra baik dengan memiliki kantor dan aset memadai. “Namun saat monitoring, usaha koperasinya ternyata tak berjalan. Kami tak akan segan menutup koperasi yang demikian.”

Untuk menekan fenomena koperasi mati suri, pihaknya akan meminta Dinkop UMKM untuk meningkatkan pengawasan. Sekda juga meminta instansi terkait memberi perhatian pada koperasi yang mulai terengah-engah. “Segera disuntik dengan pembekalan dan pelatihan.”

Sementara itu, Kepala Dinkop UMKM, Triyana, mengaku sedang melakukan pemutakhiran data untuk memetakan kondisi koperasi. Pihaknya tak menampik masih banyak koperasi yang perlu pembenahan, baik dari segi manajemen kepengurusan maupun pengembangan usaha. Namun demikian, upayanya sedikit terganggu dengan minimnya tenaga pengawas koperasi yang besertifikat. “Kami hanya memiliki empat pengawas besertifikat yang membawahi 536 koperasi. Tentu jumlah ini kurang ideal untuk pengawasan dan pengembangan koperasi,” ujarnya.

Meski masih banyak koperasi yang mati suri, Triyana mengklaim tak sedikit koperasi yang berkembang secara berdikari. Triyana menyebut sudah ada koperasi yang memiliki sistem ATM sendiri. “Pengelolaan koperasi itu diharapkan bisa menjadi contoh yang lain.”

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya