Soloraya
Minggu, 9 Oktober 2016 - 22:00 WIB

Korban Dimas Kanjeng Asal Sragen Terus Bermunculan

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dua anggota Koramil Miri meminta keterangan Sriyati, 65, istri salah satu pengikut Dimas Kanjeng, Tarno, 70, di rumahnya di Dusun Girimargo, Desa Girimargo, Miri, Sragen, Sabtu (8/10/2016). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Jumlah korban Dimas Kanjeng asal Sragen yang terungkap terus bertambah. Mereka masih bertahan di Probolinggo

Solopos.com, SRAGEN — Jumlah pengikut Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi asal Sragen yang terungkap tidak hanya empat orang, tetapi bertambah hingga tujuh orang. Tiga orang yang disebut-sebut sebagai pengikut Dimas itu berada di Desa Pagak dan Mojopuro, Sumberlawang, Sragen.

Advertisement

Selain itu, ada 5-6 orang warga Pagak yang diduga menjadi korban penggandaan uang lewat perantara orang Pagak. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen akan berkoordinasi dengan Pemkab Probolinggo untuk memulangkan sejumlah tiga warga Sragen yang masih bertahan di Probolinggo.

Keempat santri Dimas Kanjeng Taat Pribadi asal Sragen yang diketahui identitasnya adalah Sutejo, 45, warga Dukuh Muteran RT 014/RW 006, Desa Pelengan, Gemolong, Sragen; Tarno, 65, warga Dukuh/Desa Girimargo, Miri; Katidjan, 60, warga Dukuh Grabyak, Desa Doyong, Miri; dan Jahmin Harnowo, pensiunan TNI asal Dukuh Toro Lor RT 008, Desa Kacangan, Sumberlawang.

Kadus Kacangan, Budi Mulyono, saat ditemui Solopos.com, Minggu (9/10/2016), mengatakan rumah Jahmin terletak di sebelah utara rumahnya. Rumah Jahmin itu kosong sejak mantu dua bulan lalu.

Advertisement

“Jahmin itu masih punya perhitungan dengan saya. Semula Jahmin diajak anak-anaknya ke Jakarta bersama istrinya. Kedua anaknya seorang anggota TNI Angkatan Udara dan Angkatan Darat. Informasinya saat ambil uang pensiun, Jahmin tidak kembali ke Jakarta, tetapi ya kemungkinan tinggal di Padepokan Dimas Kanjeng itu,” kata Budi.

Selain Jahmin, Budi juga mendengar ada pengikut Dimas Kanjeng di Dukuh Clupak, Desa Mojopuro, sebanyak dua orang, yaitu berinisial Kd dan Gm. Dulu, Budi sempat ditawari adanya tawaran penggandaan uang tetapi bukan orang Sragen melainkan orang Purwodadi. “Saya sempat kena tipu sampai Rp15 juta. Sampai sekarang juga belum balik,” ujarnya.

Terpisah, Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen Tatag Prabawanto akan berkoordinasi dengan Pemkab Probolinggo untuk menindaklanjuti rencana Kementerian Sosial untuk memulangkan para santri Dimas Kanjeng yang bertahan di Probolinggo. Dia mengatakan pemulangan mereka menunggu Senin (10/10/2016) ini.

Advertisement

“Penggandaan uang dengan mahar tertentu itu tidak rasional karena tidak bisa diterima dengan akal. Kondisi ekonomi yang berat sepertinya membawa mereka kepada sesuatu yang bersifat gaib dan menjanjikan. Kami juga meminta Dinas Sosial untuk memantau perkembangannya karena mereka itu termasuk warga rentan sosial,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif