Soloraya
Kamis, 15 September 2022 - 21:03 WIB

Korban Kekerasan Anak di Boyolali Meningkat, Beberapa di Lingkungan Sekolah

Nova Malinda  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak korban kekerasan. (freepik)

Solopos.com, BOYOLALI —  Berdasarkan data Badan Pusat Statistik terkait jumlah anak (usia 0-18 tahun) korban kekerasan di Jawa Tengah pada 2019-2021, angka kekerasan anak di Kabupaten Boyolali terus mengalami kenaikan.

Korban kekerasan anak di Kabupaten Boyolali menduduki peringkat kedua tertinggi di Soloraya pada 2021 dengan jumlah 36 korban.

Advertisement

Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (P2KBP3A) Kabupaten Boyolali, Dinuk Prabandini, Kamis (15/6/2022) mengatakan ada beberapa korban kekerasan anak di instansi pendidikan Boyolali.

Berdasarkan data pada Januari hingga Juli 2022, korban kekerasan anak usia 0-18 tahun di Boyolali mencapai 10 korban. Paling banyak yakni tiga orang di Kecamatan Mojosongo.

Advertisement

Berdasarkan data pada Januari hingga Juli 2022, korban kekerasan anak usia 0-18 tahun di Boyolali mencapai 10 korban. Paling banyak yakni tiga orang di Kecamatan Mojosongo.

Sementara, kasusnya paling banyak pelecehan seksual, lalu pengeroyokan, hingga kekerasan psikis dan kekerasan pada pacar dengan korban mayoritas perempuan.

Baca juga: 1 Siswa Diduga Jadi Korban Perundungan, Ini Upaya Pencegahannya

Advertisement

“Kami tidak ada data angka yang bullying, tapi kami ada data laporan yang kasus-kasus lainnya, kami ada laporannya,” ucap dia kepada Solopos.com saat ditemui dalam acara Deklarasi Sekolah Ramah Anak di SMKN 1 Banyudono, Kamis.

Menurut Prabandini, kasus kekerasan anak pada instansi pendidikan di Boyolali masih bisa dikendalikan. Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Boyolali terus berupaya untuk melakukan pencegahan kasus kekerasan tersebut.

“Masih bisa dikendalikan ya, untuk kasus-kasus seperti itu, karena sudah banyak sekolah yang berkolaborasi dengan dinas kami, untuk melakukan sosialisasi pencegahan kekerasan, termasuk di dalamnya bullying tadi, baik itu kekerasan seksual, kekerasan psikis, dan lain sebagainya, kami sudah berkolaborasi dengan sekolah-sekolah yang bersangkutan,” ucap dia.

Advertisement

Mengutip buku Indeks Perlindungan Anak 2020 penurunan kekerasan anak dapat dilakukan dengan tiga cara. Pertama yakni prioritas tindakan pencegahan kekerasan pada anak yang melibatkan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Baca juga: Diduga Jadi Korban Perundungan, Seorang Siswa di Wonogiri Trauma

Kedua, memperbaiki sistem pelaporan dan layanan pengaduan kekerasan terhadap anak. Selanjutnya, ketiga adalah melakukan reformasi besar-besaran pada penanganan penanganan kasus kekerasan terhadap anak agar dapat dilakukan dengan cepat, terintegrasi, dan komprehensif.

Advertisement

Berdasarkan rilis tersebut, strategi pertama diharapkan bisa memberikan perubahan norma sosial dan budaya tanpa kekerasan. Kemudian, strategi kedua diharapkan bisa memberikan kesadaran masyarakat untuk melaporkan tindak kekerasan.

Salah satu upaya mencegah kasus kekerasan anak di instansi pendidikan yakni setiap sekolah diminta mendeklarasikan diri sebagai Sekolah Ramah Anak. Dalam pelaksanaannya, tentu memerlukan dukungan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

Salah satu sekolah yang mendeklarasikan sebagai Sekolah Ramah Anak yakni SMKN 1 Banyudono.

Kepala SMKN 1 Banyudono, Suyatna, mengaku bakal berkomitmen menyelenggarakan sekolah ramah anak bersama semua pihak terkait. Tujuannya yakni melindungi hak-hak anak dalam proses pembelajaran, siswa nyaman belajar di sekolah, orang tua senang dan tenang di rumah.

Baca juga: Antisipasi Kekerasan Anak, 65 Guru PAUD & Pengelola TPA Solo Pelatihan

“Kami berkomitmen, mulai dari siswa, guru, karyawan, maupun stakeholder untuk menyelenggarakan sekolah ramah Anak. Jadi semua kegiatan pembelajaran, baik di sekolah maupun di industri memperhatikan ketentuan sekolah ramah anak tadi. Di antaranya tidak ada diskriminasi, no bullying, tidak ada kekerasan, dan sebagainya,” ucap dia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif