SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Purwoto, 44, tak pernah menyangka istrinya, Neni Susanti Maryawati, 41, bakal menghadap Tuhan lebih dulu ketimbang dirinya.

Dari segi kesehatan, dirinyalah yang selama ini menderita sakit. Purwoto menderita stroke sejak 1,5 tahun. Dia bahkan kini tak bisa lagi bergerak normal. Untuk berjalan, Purwoto harus menggunakan kruk.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Selain bergerak, kemampuan bicaranya sekarang juga terganggu. Dia tergagap-gagap setiap kali diajak berbincang, seperti saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Kampung Rejosari RT 001/RW 013 Kelurahan Gilingan, Banjarsari, Jumat (26/10/2018) pagi.

Purwoto mengenal istrinya yang meninggal dunia akibat kecelakaan di Bundaran Patung Wisnu, Manahan, Solo, Kamis (26/10/2018) sore itu, sebagai sosok perempuan pekerja keras dan setia. Dia merasa sangat terbantu dengan pilihan Neni ikut mencari nafkah.

Neni selama ini bekerja di bidang jasa rias pengantin, fashion show, dan karnaval. Dia membuka salon di rumah.

Selain itu, Neni juga aktif berjualan barang-barang secara online. Keluarganya menduga Neni kecelakaan saat akan cash on delivery (COD) atau bertemu pembeli online-nya.

Kakak Purwoto, Wiwik Suhartini, 48, menyebut tak ada yang mengetahui secara pasti tengah dalam perjalanan ke mana Neni saat kecelakaan. Tak ada satu pun anggota keluarga dan tetangganya yang diberi tahu.

Neni pergi bersama anak ketiganya, Amanda Alfionita Jasmine, 6, yang juga meninggal dalam kecelakaan tersebut. Dia mengatakan ada informasi Neni tengah menuju ke SMKN 7 Solo tempat anak sulungnya bersekolah saat kecelakaan itu terjadi.

Neni ke SMKN 7 Solo diduga untuk mengambil kertas surat atau barang yang tertinggal di sekolah tersebut.

“Neni sempat pulang setelah menghadiri rapat anak di SMKN 7 Solo. Ada informasi saat kecelakaan dia tengah kembali lagi ke SMK untuk mengambil barang yang tertinggal. Tapi ada informasi juga, Neni mau COD dengan pembeli. Kami tidak tahu. Yang jelas, kami mohon doanya saja kepada semua, semoga arwah Neni dan putrinya diterima di sisi-Nya,” kata Wiwik saat ditemui Solopos.com di rumah duka, Jumat.

Sepeninggal Neni, Wiwik berencana membantu Purwoto mengasuh anak-anaknya, terutama si bungsu, Aqila Tunnisa Amalia Jasmine, yang masih berusia 1,5 tahun. Dia menyadari Purwoto yang menderita stroke bakal kesulitan mengasuh dan menafkahi tiga anaknya sendirian.

Wiwik bersyukur hingga kini adiknya, Purwoto, masih diberi kesempatan bekerja di Politeknik Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI) Surakarta meski menderita stroke.

Dia juga bersyukur sikap para tetangga begitu peduli dan perhatian. Wiwik mencontohkan setelah mengalami stroke, ada tetangga yang rutin mengantar Purwoto ke tempat kerja di Kampus 2 Politeknik ATMI Surakarya di Colomadu, Karanganyar.

Selain itu, kata dia, salah seorang tetangganya juga kerap membantu mengasuh Aqila ketika Neni harus bekerja atau bepergian. Wiwik mengatakan selama ini Neni memang kerap bepergian hanya dengan mengajak Amanda.

“Saya mewakili keluarga memohon kepada masyarakat yang mendapatkan foto kecelakaan Neni dan Amanda untuk tidak menyebarkannya di media sosial. Kasihan mereka,” tutur Wiwik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya