SOLOPOS.COM - PENYISIRAN--Tim gabungan dari SAR Himalawu Sragen, Sea SAR, Tagana Dinas Sosial Sragen dan Dewa Ruci, melakukan penyisiran korban bunuh diri, Sarwoto, di aliran Sungai Bengawan Solo, di sekitar Ngrejeng, Tangen, Jumat (23/12/2011). (JIBI/SOLOPOS/Syahaamah Fikria)

PENYISIRAN--Tim gabungan dari SAR Himalawu Sragen, Sea SAR, Tagana Dinas Sosial Sragen dan Dewa Ruci, melakukan penyisiran korban bunuh diri, Sarwoto, di aliran Sungai Bengawan Solo, di sekitar Ngrejeng, Tangen, Jumat (23/12/2011). (JIBI/SOLOPOS/Syahaamah Fikria)

SRAGEN–Rumah berdinding batu bata berlantai tanah di Dukuh Sugihan, Desa Dukuh, Kecamatan Tangen itu tampak ramai. Selain warga yang duduk di depan rumah, beberapa perempuan terduduk lemas di dalam rumah. Mata mereka terlihat sembab, isak tangis lirih pun masih terdengar.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Puluhan laki-laki dan perempuan yang berkumpul itu tampak begitu tegang, berjalan mondar-mandir, keluar masuk dan sesekali mengangkat telepon genggam.

Mereka semua sedang cemas menunggu tim gabungan dari SAR Himalawu Sragen, Sea SAR, Tagana Dinas Sosial Sragen dan Dewa Ruci yang mencari jasad keluarga mereka, Sarwoto, 32.

Laki-laki asal Sugihan tersebut nekat menenggelamkan diri di aliran Sungai Bengawan Solo di wilayah Ngrejeng, Tangen, Kamis (22/12) siang. Penyebab bunuh diri diduga karena korban menderita sakit yang tak kunjung sembuh.

Menurut penuturan keluarganya, sudah sekitar dua bulan Sarwoto menderika sakit tipes. Berbagai pengobatan telah dilakukan.

“Awalnya Sarwoto dan istrinya, Tatik, bekerja di Jakarta, tapi setelah sakit dua bulan lalu, dia pulang ke kampung istrinya di Ngawi, Jatim dan dirawat di rumah sakit di sana. Baru dua pekan lalu dia dibawa pulang ke Sragen, sakitnya kambuh lagi, lalu kami bawa ke RSUD Sragen dan ke salah seorang dokter di Paldaplang,” tutur kakak ipar korban, Sukasri, 38, saat ditemui wartawan, di rumah korban, Jumat (23/12/2011).

Beberapa saat sebelum peristiwa bunuh diri itu terjadi, perempuan yang selalu merawat korban setiap harinya itu mengungkapkan korban meninggalkan rumah pada Kamis (23/12/2011) pukul 04.00 WIB. Sukasri sempat panik karena adik iparnya keluar rumah dini hari.

Tapi kecemasan itu reda saat dia dihubungi budenya dan mengatakan Sarwoto pergi ke rumahnya. Namun, pagi harinya sekitar pukul 10.00 WIB, Sarwoto juga pergi dari rumah budenya itu.

“Kami semua panik, Sarwoto itu sangat kurus dan sakit-sakitan, untuk berjalan saja sudah kesusahan, jadi kami juga merasa aneh dan cemas karena dia bepergian jauh ke tempat bude. Saya cari ke mana-mana, setiap orang saya tanya, hingga saya mendengar kabar ada orang bunuh diri di Jembatan Ganefo, Tangen, sekitar pukul 15.00 WIB. Tapi info awal mengatakan yang bunuh diri itu perempuan, jadi saya tak terlalu khawatir,”  imbuh Sukasri.

Selang beberapa waktu, berita buruk terdengar hingga ke telinga Sukasri. Dari para penambang pasir di Ngrejeng, dia tahu korban bunuh diri itu laki-laki.

Setelah disebutkan ciri-ciri, pakaian dan sandal korban, dia shock karena yakin orang yang bunuh diri adalah adik iparnya. Dari para penambang pasir itu juga diketahui, Sarwoto tak langsung bunuh diri dengan terjun ke sungai.

“Dia memang bisa renang, jadi dia itu renang dulu, begitu sampai tengah sungai baru menenggelamkan diri,” terangnya.

Hingga kini, tim gabungan masih melakukan penyisiran Sungai Bengawan Solo, dari tempat kejadian perkara hingga Jembatan Derojo, Jenar, sejauh 15 km.

Koordinator tim, Totok, mengatakan proses penyisiran menggunakan perahu karet. “Kami membuat pos di Jembatan Derojo, penyisiran akan kami lakukan hingga besok (hari ini-red) dengan puluhan personil dari tim gabungan,” papar dia.

(Syahaamah Fikria)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya