SOLOPOS.COM - Ketua Umum Kornas Jokowi Milenial, Akhrom Saleh, dan kader Partai Gerindra Solo, NR Kurnia Sari, saat diskusi publik Prabowo Buka Jalan Untuk Generasi Milenial di Cendhono Coffee Pasar Gede Solo, Kamis (21/9/2023) siang. (Solopos.com/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO—Ketua Umum Kornas Jokowi Milenial, Akhrom Saleh, mengingatkan bahwa sosok Prabowo Subianto telah menanggung konsekuensi atas penculikan sembilan aktivis pada 1999. Prabowo dicopot dengan tidak hormat dari jabatannya.

Hal itu disampaikan Akhrom saat menjadi narasumber diskusi publik bertema Prabowo Buka Jalan Untuk Generasi Milenial di Cendhono Coffee Pasar Gede Solo, Kamis (21/9/2023). Diskusi diikuti puluhan Generasi Y dan Generasi Z Solo.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Ini saya luruskan, sembilan aktivis semuanya pulang, tidak ada yang mati. Silahkan dicek, di-googling, ada enggak. Kalau ada yang meninggal karena sakit, anggota DPR dari Gerindra, Desmond. Sembilan aktivis sudah kembali,” ungkap dia.

Akhrom mengapresiasi keberanian generasi muda yang bersikap kritis, termasuk mempertanyakan kasus itu. Namun, menurut dia, ada kasus lain yang tidak kalah penting untuk dipertanyakan lagi, yaitu hilangnya 14 aktivis yang belum kembali.

“Banyak aktivis yang tidak kembali, ada 14 orang, kenapa enggak dibuka. Silakan direkam. Saya Akrom Saleh, Ketua Umum Kornas Jokowi Milenial, saya tantang, kenapa enggak dibuka 14 aktivis yang meninggal, termasuk Marsinah,” ujar dia.

Akhrom juga mengungkit kasus pembunuhan aktivis hak asasi manusia (HAM), Munir 2004. “Kenapa selalu lima tahunan Prabowo dikatakan penculik. Dia sudah dipecat, sudah menanggung risiko, dicopot dengan tidak hormat,” tandas dia.

Mantan aktivis Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi itu menantang semua penegak kebijakan di negeri ini untuk membuka kasus hilangnya 14 aktivis.

“Buka! Supaya kita fair. Siapa pun yang menculik, buka, siapa pun masa lalu,” kata dia.

Akhrom mengajak para aktivis Generasi Y dan Generasi Z ikut menyuarakan agar kasus tersebut dibuka ke publik. Tak hanya itu, dia menyerukan agar semua pihak mendorong agar aktor intelektual pembunuhan Munir yang diracun, juga dibuka.

Akhrom mengatakan sebuah perjuangan untuk keadilan dan keterbukaan mempunyai konsekuensi yang harus ditanggung. Dia mencontohkan gerakannya yang menuntut agar Dwi Fungsi ABRI dihapus pada 1999. Gerakan itu berdampak sangat besar.

“Tentara tidak boleh menempati posisi-posisi sipil. Yang ada hancur kantor kami, diculik kami, disiksa, disetrum. Itu lah konsekuensi dari perjuangan. Hari ini harapanya kepada Generasi Z untuk mengubah bangsa ini semakin baik lagi,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya