SOLOPOS.COM - Ilustrasi persawahan (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi persawahan (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi persawahan (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO – Wacana menjadikan Kartasura sebagai Kota Kartasura menguat.  Seiring wacana itu harga tanah di kawasan itu pun meroket tajam. Harga tanah Kertonatan mengalami kenaikan setiap pekan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Harga tanah di Desa Kertonatan, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo meroket tajam dalam dua bulan terakhir. Salah satu pemicunya, warga luar desa beramai-ramai membeli tanah di Kertonatan yang dianggap prospektif dan memiliki harga terjangkau. Akibatnya, petani dan pemilik tanah juga ramai-ramai menaikkan harga.

Kades Kertonatan, Winarto, 50, ketika ditemui Solopos.com di kantornya, Kamis (25/7/2013), mengatakan tanah berstatus kuning yang pada awal Juni lalu masih dihargai Rp700 juta/patok, kini telah mencapai harga Rp1 miliar. Manurutnya, peningkatan harga tanah di daerahnya terjadi setiap pekan.

“Ada 20 hektare lahan yang jelas-jelas bisa dialihfungsikan. Kami terbuka pada investor untuk pengembangan perumahan dan industri nonlimbah cair,” kata dia.

Kaur Pembangunan Desa Kertonatan yang merangkap sebagai petugas ulu-ulu [mengurus irigasi], Haryanto, 40, saat dijumpai Solopos.com di balai desa setempat, Kamis, mengatakan selain untuk perumahan, banyak warga luar desa yang membeli tanah berstatus hijau di desanya. Menurutnya, hal itu dilakukan karena harga tanah Kertonatan relatif lebih murah.

“Sawah milik ayah saya belum lama dibeli orang Pabelan, Kartasura dengan harga Rp550 juta. Luasnya 2.150 meter persegi. Orang luar desa membeli tanah itu karena kemungkinan status tanah bisa berubah menjadi kuning dan harga tanah bakal melonjak tajam,” ujarnya.

Menurutnya, terjadi fenomena menarik di desanya. Warga luar Kertonatan yang membeli tanah di desa tersebut kebanyakan berasal dari Kecamatan Kartasura. Mereka membeli tanah setelah tanah mereka di daerah asal dijual dengan harga tinggi.

Warga Kertonatan yang mendapat tawaran penjualan kemudian menyerahkan tanah tersebut karena harga tanah pertanian juga ikut naik. Warga kemudian membeli tanah pertanian di sekitar Kecamatan Banyudono, Boyolali yang berjarak relatif dekat dengan desa tersebut.

“Sawah di Boyolali lebih luas dan lebih subur. Tetapi harganya lebih murah. Setelah menjual satu petak sawahnya di sini, warga bisa membeli dua petak sawah di Boyolali. Selain itu, warga masih punya sisa uang. Kebanyakan warga di sini membeli sawah untuk mereka garap,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya