SOLOPOS.COM - Ilustrasi musim kemarau di Kota Solo terjadi pada Mei 2024 sesuai prakiraan dari BMKG. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO– Awal kemarau mulai terjadi di Kota Solo pada Mei 2024. Puncak kemarau diprediksi terjadi pada Agustus. Musim kering tahun ini lebih pendek dari tahun lalu.

Koordinator Bidang Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Jawa Tengah (Jateng), Iis Widya Harmoko, menjelaskan wilayah Soloraya rata-rata diprediksi memasuki musim kemarau Mei ini. Kecuali di wilayah lereng Gunung Merbabu dan Merapi yang kemungkinan masuk awal kemarau Juni 2024.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Yang paling cepat Wonogiri, akhir April 2024 sudah memasuki musim kemarau. Soloraya umumnya Mei pertengahan,” jelas dia dihubungi Solopos.com, Senin (6/5/2024) siang.

Menurut Iis, puncak kemarau diprediksi terjadi pada Agustus 2024. Ada indikasi muncul La Nina pada September 2024.

“Kami melihat dari kondisi dinamika atmosfer yang memengaruhi iklim tahun ini. Awal tahun ini masih terkena imbas El Nino tahun lalu, tapi intensitasnya sudah menurun, nanti pertengahan tahun kembali normal tapi di akhir kemarau sekitar September mulai ada indikasi akan muncul La Nina kembali,” papar dia.

Dia mengatakan kemungkinan turun hujan mulai akhir Oktober 2024. Musim kering tahun ini lebih pendek dibandingkan dengan kemarau tahun lalu. El Nino menguat pada pertengahan sampai akhir 2023.

“Jadi kemarau bukan berarti tidak ada hujan, ada hujan, namun intensitasnya rendah sekali. Itu tergantung, ternyata saat musim kemarau ada gangguan cuaca, ada hujan dua hari, tiga hari, lalu hilang lagi. Intensitasnya tidak seperti 2020 sampai 2022 itu hujannya ada terus,” ungkap dia.

Menurut dia, wilayah Soloraya sedang mengalami transisi pancaroba. Masyarakat bisa memanfaatkan air hujan apabila masih ada hujan.

“Mudah-mudahan masih ada hujan, meskipun sifatnya lokal, bisa untuk menampung air melalui sumur resapan, bendungan, waduk, masyarakat bisa memanfaatkan air hujan untuk kemarau. Potensi bencana hidrometeorologi perlu diwaspadai saat kemarau, misalkan kebakaran hutan di wilayah Gunung Lawu, Merapi, Merbabu di wilayah Klaten,” papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya