Soloraya
Rabu, 25 Desember 2019 - 12:00 WIB

Kreatif! 1.500 Botol Plastik Bekas Disulap Jadi Pohon Natal Cantik di Gereja Jebres Solo

Ichsan Kholif Rahman  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pohon Natal di Gereja Santa Perawan Maria Regina Purbowardayan, Jebres, Solo, yang dibuat dari botol bekas. (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO – Pohon Natal setinggi 2,5 meter menghiasi halaman depan Gereja Santa Perawan Maria Regina Purbowardayan, Jebres. Seperti biasa, pohon Natal itu berwarna hijau lengkap dengan lampu hias maupun ornamen bergelantungan.

Tetapi apabila dicermati daun dan bunga plastik itu merupakan limbah botol bekas air mineral. Tepat di sebelahnya ada photo booth bertuliskan Marry Christmas pun disusun dari botol bekas yang diwarnai. Tak hanya itu, hiasan di dalam bangunan gereja juga berasal dari berbagai limbah yang ditata sedemikian rupa.

Advertisement

Sudah sejak September 2019, Ibu Rumah Tangga Pastoran, Gereja Santa Perawan Maria Regina Purbowardayan, mengumpulkan limbah botol bekas. Hasilnya, menjelang perayaan Natal mereka berhasil mengumpulkan 1.500-an botol bekas yang diubah menjadi berbagai hiasan.

Berbekal pelatihan kerajinan mengolah limbah, dalam sepekan perempuan jemaah gereja itu berhasil menyelesaikan seluruh hiasan. Ibu Rumah Tangga Pastoran, Gereja Santa Perawan Maria Regina Purbowardayan, Fransisca Utik Mardiyana, mengatakan berbeda dengan tahun sebelumnya, hiasan Natal pada tahun ini fokus pada pengolahan limbah plastik.

Menurutnya, pada tahun lalu gereja telah memulai membuat hiasan dari limbah plastik, namun sekadar disusun saja.

Advertisement

“Saat ini limbah plastik kami potong-potong sesuai pola yang diinginkan tidak hanya ditata saja. Kalau kesulitan pasti ada tapi yang mengerjakan ada 10 orang bisa saling membantu,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (23/12/2019).

Sekretaris Kantor Kefikepan, Yustinus Juni Pratomo, mengatakan Keuskupan Agung Semarang selalu berpesan untuk selalu mengurangi sampah plastik. Atas dasar itu, pengurus gereja meminta perkumpulan ibu-ibu gereja mengubah limbah menjadi sebuah hal berguna atau minimal indah dilihat.

“Arahnya ibu-ibu tidak hanya berkumpul tetapi menjadi terampil, dampaknya ibu-ibu memiliki bekal untuk berani merintis home industry. Akhirnya, bisa berdampak perekonomian,” sambung dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif