Solopos.com, SOLO–Upaya kreatif dilakukan warga RW 011 Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah.
Mereka mengolah bantaran Sungai Bengawan Solo bekas hunian liar menjadi kebun sayuran. Keberadaan kebun sayuran itu sangat membantu masyarakat saat terdampak pandemi Covid-19.
Tak hanya kebun sayuran, sebagian warga juga membangun kolam di wilayah yang terlarang untuk hunian tersebut.
Salah satunya Eko Haryanto, 41. Ia membangun kolam ikan berukuran 1 meter x 4 meter bersama bapak-bapak RW 011 Sangkrah. Kolam ikan itu untuk menambah ruang untuk terapi ikan.
Salah satunya Eko Haryanto, 41. Ia membangun kolam ikan berukuran 1 meter x 4 meter bersama bapak-bapak RW 011 Sangkrah. Kolam ikan itu untuk menambah ruang untuk terapi ikan.
Warga telah membangun kolam 2 meter x 2 meter untuk terapi ikan. Terapi ikan banyak diminati ibu-ibu yang sering kesemutan dan anak-anak usia sekolah. Satu kolam itu dirasa kurang dan sering membuat antrean yang lama.
Baca Juga: Pasutri Solo Beli Monstera King Rp225 Juta dari Petani di Lereng Gunung Lawu: Perjuangannya Berat
Di lahan sekitar 400 meter persegi tersebut, warga juga telah menanam berbagai sayuran berupa sawi, cabai, timun, pare, jamur, brokoli, singkong, kol, dan pepaya.
Kebun sayur dibangun warga menyerupai taman yang fotogenik. Anak-anak biasa bermain dan foto di area taman.
Warga sudah beberapa kali memanen sayuran. Hasil panen untuk kas kelompok tani dan dibagikan kepada keluarga yang memiliki balita kurang gizi. Aktivitas bertani juga seolah menjadi oase bagi sebagian kecil warga Sangkrah selama pandemi Covid-19.
Eko menjelaskan pengelolaan pertanian melibatkan sekitar 30 warga setempat. Warga bergantian mengolah lahan dan menyirami tanaman sabun hari.
Ada empat orang yang rutin berjaga di taman tersebut, salah satunya termasuk Eko. Dia merupakan seorang sopir pabrik. Warga yang diberdayakan merupakan warga yang kehilangan penghasilan akibat pandemi Covid-19.
Eko menjelaskan telah dirumahkan dari pabrik tempat dia bekerja sejak Ramadan 2021. Pabrik tersebut biasa menyuplai kain ke Brazil.
Importir dari Brazil tidak menerima barang dari luar negeri. Selama itu pula dia tidak mendapatkan penghasilan.
“Alhamdulillah ada kegiatan dari pada nganggur. Tantangannya mengolah lahan yang merupakan bekas lahan relokasi. Lahan diolah dulu supaya subur,” kata Eko.
Baca Juga: Sultan Djorghi & Annisa Trihapsari Belajar Bisnis ke Bos Wong Solo Pemilik 271 Restoran di Asia
Menurut Eko, kelompok taninya telah beberapa kali panen. Periode panen berbeda-beda sesuai jenis tanaman atau sayuran. Hasil panen masuk ke kas kelompok tani untuk operasional.
Salah satu warga, Bibit, 40 menjelaskan sering melakukan terapi ikan. Sebelum ada terapi ikan milik Kelompok Tani Makmur, dia kerap ke Boyolali. Terapi ikan membuat kakinya yang sering kesemutan bisa pulih.
Ketua Kelompok Tani Makmur, Sukini, menjelaskan kelompok taninya mendapatkan penghasilan dari hasil panen, berjualan ikan hias, terapi ikan, mancakrida, dan menjual sayuran dengan media polybag. Para konsumen merupakan warga Sangkrah.
Dia menjelaskan salah satu tujuan membangun kebun melalui kelompok tani April 2021 sebagai pemberdayaan warga yang kehilangan mata pencaharian akibat pandemi Covid-19.
Para anggota memutuskan belum memakai penghasilan dari usaha bertani. Penghasilan itu untuk penguatan modal dan dipakai untuk memperbanyak fasilitas kebun.