SOLOPOS.COM - Warga Rutan Boyolali membuat kerajinan tangan dari bahan bekas di salah satu sudut rutan pada Senin (15/5/2023). (Solopos.com/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALIWarga binaan pemasyarakatan (WBP) Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Boyolali menyulap bahan bekas menjadi kerajinan berkelas.

Mereka mengubah bekas wadah cat, kertas, puntung rokok, dan barang bekas lainnya menjadi kerajinan bernilai ekonomis seperti miniatur kapal, sepeda, pipa rokok, dan lain-lain.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Tangan empat orang WBP Rutan Kelas IIB Boyolali sibuk memoles kayu, memilin kertas, dan merangkai stik es krim pada Senin (15/5/2023). Mereka sedang melaksanakan kegiatan kemandirian yang rutin dilaksanakan setelah bangun pagi dan senam.

Karutan Boyolali, Agus Imam Taufik, menjelaskan keempat warga binaan tersebut berproses membuat pot bunga dari bekas wadah cat dan batok kelapa. Lalu, membuat miniatur kapal dari stik es krim dan potongan bambu, membuat miniatur sepeda dari kertas bekas, dan pipa rokok dari bekas tulang ayam.

Imam menjelaskan dalam pendampingan kegiatan mandiri bagi warga binaan terkait kerajinan tangan, Rutan Boyolali bekerja sama dengan Komunitas Peduli Lingkungan Boyolali.

“Kegiatan ini bertujuan ketika warga binaan bebas, mereka punya keterampilan membuat kerajinan tangan dari bahan-bahan yang sederhana. Nantinya bisa dijadikan sebuah benda bernilai ekonomis. Sehingga jadi bekal bagi warna binaan nanti,” ujar dia saat berbincang dengan Solopos.com di Rutan Boyolali, Senin.

Ia menjelaskan Rutan Boyolali selalu berusaha mengakomodasi kreativitas warga binaan, salah satunya di bidang kerajinan tangan.

Mereka juga diberikan pelatihan agar ilmu tentang kerajinan juga bertambah. Imam mengungkapkan peserta kerajinan memang baru empat orang, akan tetapi ke depan diharapkan empat orang tersebut dapat menularkan keterampilan tersebut ke warga binaan lain.

“Karya-karya mereka ke depan akan kami beri ruang untuk display di depan, biar pengunjung melihatnya,” jelasnya.

Imam menceritakan para warga binaan beberapa membuat barang kerajinan untuk diberikan kepada keluarga yang mengunjungi. Ada juga pengunjung yang turut membeli kerajinan karya warga Rutan Boyolali.

Ia menjelaskan harga satu pot berhias batok kepala diberi harga mulai Rp30.000. Lalu, untuk kapal kayu dimulai harga Rp30.000, dan pipa rokok seharga Rp50.000 per satunya.

“Hasil penjualan itu kembali ke napi, bisa untuk membeli kebutuhan mereka masing-masing juga,” jelas dia.

Rutan Boyolali saat ini dihuni 263 WBP, sembilan di antaranya adalah perempuan. Aktivitas mandiri lainnya, selain membuat kerajinan, warga binaan juga diberi waktu untuk berkegiatan lain di bidang pertanian, memelihara anggrek, dan perikanan.

Salah satu warga binaan, Andy, 32, mengungkapkan ia bergabung mengikuti kegiatan kemandirian membuat kerajinan tangan sejak masuk ke Rutan Boyolali lima bulan yang lalu.

Ia mengaku memiliki bekal keterampilan yaitu membuat miniatur kapal dan becak dari stik es krim. Namun, dalam kegiatan kerajinan di Rutan Boyolali, ia mempelajari kerajinan dari bahan baru seperti kertas bekas dan sisa tulang ayam.

Andy berencana akan melanjutkan kerajinan tangan yang ia pelajari di Rutan Boyolali saat bebas nanti. Namun, ia mencurahkan jika bebas nanti akan membutuhkan pelatihan pemasaran dan juga modal untuk awal usaha.

“Yang baru bagi saya itu bikin kerajinan dari kertas, terus bikin pipa atau cerutu rokok dari bahan tulang ayam bekas, dancow, susu, dan lem,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya