SOLOPOS.COM - Kriya Mandiri (Krima) adalah klaster beranggotakan pengusaha kerajinan tangan di Sukoharjo. Mereka membuka stand dalam Sukoharjo Hybrid Expo yang dilaksanakan 22 sampai 25 Agustus 2022. Foto diambil Selasa (23/8/2022) (Solopos.com/ Tiara Surya Madani).

Solopos.com, SUKOHARJO– Komunitas Kriya Mandiri (Krima) menampilkan kerajinan tangan dalam Sukoharjo Hybrid Expo.

Ada kerajinan yang sudah diekspor hingga ke mancanegara.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Pengurus Krima, Erina, mengatakan klaster ini adalah gabungan dari pengusaha kecil di bidang kreatif.

“Klaster adalah kumpulan dari produsen, supplier bahan baku, pemasaran, dan distribusi dalam rangka meningkatkan usaha,” kata Erina, Selasa (23/8/2022).

Krima adalah klaster pengusaha di bidang kreatif handmade yang beranggotakan kurang lebih  40 anggota pengrajin mulai dari gitar yang dihias batik tulis, wayang, rajut, tas goni, eco print, gift wisuda, kaligrafi, rotan untuk dekorasi, dari kayu, dan masih banyak lagi.

Selain menjadi sebuah klaster, para pengusaha kerajinan yang tergabung dalam Krima mendiskusikan bagaimana cara menaikkan omset dan mengatasi kendala produksi.

“Misal ada pesanan banyak kami bisa mengerjakan bersama, konsepnya klaster kami maju bersama. Misalnya produsen rajut dalam klaster tidak hanya satu orang, jika ada pesanan banyak bisa dikerjakan bersama,” kata Erina.

Awal mula Krima sudah ada sejak 2016, terdiri atas beberapa orang pengusaha yang berkumpul, kemudian Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disnaker) Sukoharjo mengawali pembentukan klaster craft Desember 2021.

“Krima telah mendapatkan perhatian pemerintah sejak 2018. Hanya memang belum terlalu kami perhatikan karena banyak yang sibuk masing-masing memproduksi kerajinan,” lanjut Erina.

Pemasaran hasil kerajinan domestik maupun mancanegara. Untuk pemasaran mancanegara sudah sampai Arab Saudi dan Eropa.

“Kaligrafi sudah sampai Arab Saudi, dan rotan sudah sampai Eropa. Namun kami sistemnya sudah sampai tangan ke dua, pemasaran nasional karena sudah online bisa ke Papua, Kalimantan, Sulawesi, Jambi, dan Sumatra. Ada ke Bali karena tempat wisata.” kata Erina.

Pengrajin rajut, Hermin Dyah Sukowati, mengatakan sudah menekuni rajut sejak 2013 namun sempat vakum selama enam tahun. Ia memiliki motivasi merajut karena menjadi single fighter, dan profesi sebelumnya belum mencukupi kebutuhan.

“Bahan rajut dari benang polycherry, milk cotton, dan big ply. Pemilihan 3 benang karena lebih kuat dan lembut untuk bayi. Untuk benang kami beli bahan kemudian dibuat rajut,” kata perempuan 42 tahun itu.

Proses pembuatan satu gantungan kunci membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 jam. Hermin mengaku masih mengerjakan pesanan rajutan secara manual dan mandiri.

“Pertama siapkan benang dan dan hakpen [alat rajut], kemudian dirajut secara manual. pengerjaan masih sendiri, tiap hari kalau yang kecil bisa memproduksi 10-15 barang,” lanjut Hermin.

Rajutan yang ia jual berupa gantungan kunci, ikat rambut, topi untuk bayi, tempat pensil, dan dekorasi bunga dengan harga berkisar Rp15.000 hingga Rp150.000.

“Distribusi penjualan sudah sampai Jawa Barat dengan omzet kotor Rp3 juta per bulan,” tambah Hermin.

Ia mengaku sudah ada bantuan dari pemerintah berupa dana Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebesar Rp2,5 juta dan Rp1,5 juta.

“Kami mendaftar ke Dinas Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (Disperindag UMKM) Sukoharjo dengan mengumpulkan persyaratan berupa KTP,” kata Hermin.

Ia berharap dengan adanya industri rajut dapat lebih berkembang dan banyak orang lebih mengetahui dan cinta terhadap rajutan. Wanita 42 tahun itu ingin mengenalkan kepada masyarakat bahwa merajut tidak sulit

“Harapan ke depan semoga bisa lebih berkembang lagi, dan banyak orang yang cinta rajutan. salah satunya saya ingin membuka kelas rajut agar mereka lebih familiar karena banyak yang mengatakan merajut itu susah,” kata Hermin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya