SOLOPOS.COM - Warga Dusun Jurangboto, Desa Tibayan, Kecamatan Jatinom, berebut mengambil air bantuan dari PDAM Klaten di dusun setempat, Rabu (4/9/2013). (Moh Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

   Warga Dusun Jurangboto, Desa Tibayan, Kecamatan Jatinom, berebut mengambil air bantuan dari PDAM Klaten di dusun setempat, Rabu (4/9/2013). (Moh Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)


Warga Dusun Jurangboto, Desa Tibayan, Kecamatan Jatinom, berebut mengambil air bantuan dari PDAM Klaten di dusun setempat, Rabu (4/9/2013). (Moh Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Mbah Nomo, 80, berjalan tergopoh sambil membawa tiga buah ember. Jalannya sempoyongan. Usianya yang sudah renta membuatnya tak bisa berjalan tegak. Dengan membungkuk, Mbah Nomo berusaha membawa ember-ember itu ke pinggir jalan tak jauh dari rumahnya.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Dengan balutan pakaian seadanya, nenek itu meletakkan embernya di dekat beberapa penampungan air yang masih kosong. Keceriaan terpancar dari wajahnya tatkala petugas Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Klaten mengisi sejumlah tempat penampungan air yang terbuat dari bahan plastik tersebut.

Berbekal gayung, Mbah Nomo mengisi ember yang dibawanya dengan air dari tempat penampungan. Setelah penuh, dia membawa ember itu satu per satu ke rumahnya.

“Syukurlah dapat bantuan air. Kebetulan air di rumah sudah habis,” ujarnya saat ditemui wartawan di sela-sela pemberian bantuan air bersih dari PDAM Klaten kepada warga Dusun Jurangboto, Desa Tibayan, Kecamatan Jatinom, Rabu (4/9/2013).

Desa Tibayan merupakan satu dari 33 Desa di Klaten yang dilanda kekeringan seiring datangnya musim kemarau. Desa Tibayan berada di lereng Gunung Merapi. Di desa ini sulit ditemukan sumber air. Kalaupun ditemukan, sumur itu harus digali dengan kedalaman puluhan bahkan ratusan meter. Jika musim hujan, warga biasa memanfaatkan air hujan untuk keperluan sehari-hari.

“Kalau musim kemarau mau tidak mau kami harus membeli air. Satu tangki berisi 5.000 liter air biasa dijual Rp70.000 hingga Rp80.000. Kalau sedang tak punya uang, kami biasa membeli Rp1.000 untuk enam jeriken berukuran sedang,” terang Ranto Sumiyem, 55, warga setempat.

Setelah mendapatkan air bersih, warga Tibayan harus berbagi dengan ternaknya. Jika lembu yang dimiliki warga lebih dari tiga ekor, dibutuhkan lebih dari lima jeriken untuk minum ternak dalam sehari. Hampir sebagian besar warga di dusun ini memiliki ternak sapi. Bagi mereka, sapi-sapi itu adalah harta yang teramat berharga.

Sisa air itu digunakan untuk keperluan masak di dapur. Bahkan, saking hematnya, warga rela memilih mandi dan mencuci di Sungai Ngasem yang berjarak sekitar 500 meter dari dusun tersebut.  “Air sungai itu hanya kami gunakan untuk mandi dan mencuci pakaian. Kami tidak berani mengonsumsinya karena sudah tercemar sampah,” tandasnya.

Direktur Utama PDAM Klaten, Ambar Muryati, mengatakan perusahaan daerah yang dipimpinnya terus bertekad meringankan beban warga di daerah kekeringan pada musim kemarau kali ini. Menurutnya, PDAM Klaten menyediakan sekitar 60 tangki yang masing-masing mampu menampung 4.000 liter air untuk disalurkan kepada warga.

“Bantuan air bersih secara gratis ini kami fokuskan di desa-desa rawan kekeringan di Kecamatan Kemalang, Karangnongko dan Jatinom,” papar Ambar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya