SOLOPOS.COM - Warga di Dukuh Sanggrahan, Desa Ngrombo, Kecamatan Tangen, Sragen, melakukan aktivitas mandi dan cuci pakaian di sumur umum, Selasa (27/8/2013). (Ika Yuniati/JIBI/Solopos)

 Warga di Dukuh Sanggrahan, Desa Ngrombo, Kecamatan Tangen, Sragen,  melakukan aktivitas mandi dan cuci pakaian di sumur umum, Selasa (27/8/2013). (Ika Yuniati/JIBI/Solopos)


Warga di Dukuh Sanggrahan, Desa Ngrombo, Kecamatan Tangen, Sragen, melakukan aktivitas mandi dan cuci pakaian di sumur umum, Selasa (27/8/2013). (Ika Yuniati/JIBI/Solopos)

Ramai. Begitulah susana yang terlihat di sumur umum Dukuh Sanggrahan, Desa Ngrombo, Kecamatan Tangen, Sragen, Selasa (27/8/2013) siang. Sembari berceloteh, beberapa ibu rumah tangga dan orang tua sibuk mencuci pakaian mereka. Salah satu di antaranya mandi di sekitar sumur umum tanpa ruang pembatas.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Penduduk sekitar mengatakan keramaian semacam itu sudah menjadi hal lumrah di Dukuh Sanggrahan, terutama di RT 04. Terlebih saat musim kemarau seperti sekarang ini. Hampir setiap jam, masyarakat datang dan pergi secara bergantian untuk menyuci baju atau mandi. Bahkan, saat pagi dan sore hari, mereka harus mengantre agar bisa mendapatkan air bersih di area yang berada jauh dari permukiman penduduk tersebut.

Tangen memang menjadi daerah langganan kekeringan saat kemarau tiba. Pasokan air di wilayah tersebut sangat minim. Hanya beberapa penduduk yang memiliki sumur pribadi, itupun hanya bisa digunakan saat musim penghujan. Maklum, mayoritas penduduk yang tinggal di wilayah tersebut dihuni oleh KK miskin. Rata-rata bekerja sebagai buruh tanam tebu dengan penghasilan rata-rata kurang dari Rp30.000 perhari.

Kekurangan air di wilayah Tangen, menurut warga Sanggarahan, Ngrombo, Suwarni, Selasa, sudah menjadi hal wajar. Jika tak ingin mandi atau menyuci di sumur umum, mereka harus menyiapkan tenaga ekstra untuk mengambil air di sumur tengah sawah yang jauh dari tempat tinggal. Air tersebut kemudian disimpan di penampungan dekat rumah agar bisa digunakan sewaktu-waktu.

Ia mengatakan setiap harinya harus menempuh jalan terjal sepanjang tiga kilometer untuk bisa mengambil sekitar 200 liter air. Agar bisa menyukupi semua kebutuhannya baik mandi, menyuci maupun memberi pakan ternak, ia harus bolak balik hingga lima kali dengan jalan kaki.

“Tempat pengambilan airnya jauh banget. Kalau ke sana harus jalan kaki karena melewati jalan yang terjal,” tandasnya.

Minimnya air bersih di wilayah Tangen dibenarkan oleh salah satu bayan di Desa Ngrombo, Sutar. Ia mengatakan daerahnya sering menjadi langganan kekeringan. Bahkan, pada Bulan September dan November masyarakat berebut air bersih yang diambil di sumur tengah sawah. Kalau pasokan air di sumur tersebut mulai habis, mereka biasanya meminta bantuan air bersih dari pemerintah daerah setempat.

“Kalau sekarang misal diberi pasokan air bersih ya mau. Tapi memang masih ada beberapa sumur yang mengeluarkan air meskipun hanya sedikit,”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya