SOLOPOS.COM - Ilustrasi Kekeringan (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, SUKOHARJO –-Warga yang berdomisili di daerah rawan kekeringan mulai kesulitan mendapatkan air bersih memasuki musim kemarau. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo mencatat puluhan keluarga di RT 001/RW 007, Dusun Tugusari, Desa Kamal, Kecamatan Bulu krisis air bersih sejak beberapa pekan lalu.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo, Sri Maryanto, mengatakan sumber air di Dusun Tugusari, Desa Kamal tak mencukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga setempat sejak pertengahan Mei. Warga setempat akhirnya mengadu ke pemerintah desa setempat yang diteruskan ke BPBD Sukoharjo.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Kami mengupayakan penyaluran bantuan air bersih ke Dusun Tugusari melalui program corporate social responsibility atau CSR perusahaan,” kata dia, saat dihubungi Solopos.com, Selasa (1/6/2021).

Baca Juga: PPDB SMP Sukoharjo 2021 Dibagi 2 Jalur, Ini Perincian Dan Syaratnya

Berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak musim kemarau di wilayah Sukoharjo diprediksi pada Agustus-September. Saat puncak musim kemarau, warga kesulitan mencari air bersih di wilayahnya masing-masing. Sumber air seperti sumur galian, sungai dan bendungan mengering.

Praktis, warga hanya mengandalkan sumbangan air bersih yang disumbang para donator atau Pemkab Sukoharjo. Kondisi geografis di wilayah Kecamatan Weru terdiri dari perbukitan dan pegunungan hampir serupa dengan wilayah Wonogiri. Kondisi tanah cukup gersang dan hanya ada beberapa sumber air yang menjadi andalan utama untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari,” ujar dia.

Pada 2020, ada 17 desa di tiga kecamatan yang krisis air bersih saat musim kemarau. Desa rawan kekeringan di wilayah Weru yakni Jatingarang, Ngreco, Tawang, Karangmojo, dan Alasombo. Di wilayah Bulu, desa rawan kekeringan yaitu Kamal, Kunden dan Puron. Sedangkan desa rawan kekeringan di wilayah Tawangsari di Watubonang dan Pundungrejo.

Baca Juga: Jenazah Korban Terseret Ombak Pantai Ngluwen DIY Asal Sukoharjo Langsung Dimakamkan

Langganan Kekeringan

Sri memprediksi warga yang berdomisili di belasan desa itu bakal kesulitan mendapatkan air bersih saat musim kemarau pada tahun ini. “Desa rawan kekeringan tak jauh beda dibanding 2020. Selama ini, wilayah Weru, Bulu, Tawangsari menjadi daerah langganan kekeringan saat musim kemarau,” ujar dia.

Sejatinya, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Sukoharjo telah membuat sumur dalam yang tersebar di daerah rawan kekeringan. Jumlah sumur dalam di Sukoharjo lebih dari 30 sumur. Namun, debit sumur dalam menyusut sehingga tak bisa memenuhi kebutuhan air bersih seluruh warga.

Lebih jauh, Sri menghimbau agar masyarakat lebih bijak dalam menggunakan air bersih saat musim kemarau. Pemerintah berkomitmen menyalurkan bantuan air bersih ke daerah kekeringan. Selain pemerintah, bantuan air bersih berasal dari komunitas masyarakat dan program CSR perusahaan di Kabupaten Jamu.

Anggota DPRD Sukoharjo asal Desa Kamal, Kecamatan Bulu, Hardi Widodo, menyatakan debit air sumur galian di Dusun Tugusari menyusut drastis memasuki musim kemarau pada Mei. Kini, warga mengandalkan bantuan air bersih untuk menopang kebutuhan air bersih sehari-hari. Belum lama ini, warga setempat menerima 30 mobil tangki air bersih sumbangan dari program CSR perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya