SOLOPOS.COM - Ilustrasi Menampung Air (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Menampung Air (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Menampung Air (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI — Memasuki musim kemarau ini, krisis air bersih mulai dirasakan warga secara hampir merata di beberapa desa minus sumber air di Kabupaten Boyolali.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Warga Desa Jemowo, Kecamatan Musuk,  bahkan harus merogoh kantong hingga Rp200.000 demi mendapatkan satu tangki atau sebanyak 5.000 liter air bersih untuk kebutuhan mereka sehari-hari.

Hal itu diakui Kepala Desa (Kades) Jemowo, Untung Widada, ketika ditemui wartawan di Kantor DPRD Boyolali, Kamis (29/8/2013).

“Kalau di Jemowo, sekarang sudah sampai Rp200.000/tangki,” ungkapnya.

Sulitnya mendapatkan air bersih, menurut Untung, terutama karena faktor tidak adanya sumber air di Desa Jemowo. Kondisi itu, lanjutnya, juga terjadi di beberapa desa di kecamatan yang sama, antara lain Desa Sangup, Desa Dragan, Desa Lampar, Desa Sumur, Desa Mriyan, Desa Lanjaran dan Desa Sruni. Sementara beberapa desa lainnya, seperti Karanganyar, Karangkendal dan Ringinlarik, relatif bisa mendapatkan air bersih karena di setiap desa itu masih terdapat sumber air.

“Kalau desa yang ada sumber airnya, bisa diupayakan dengan membuat sumur artesis. Tapi kalau tidak ada ya susah. Warga terpaksa harus membeli,” imbuh dia.

 Belum Ajukan Bantuan

Di Desa Jemowo, kata Untung, saat ini intensitas pembelian air bersih cukup tinggi. Jumlah kepala keluarga (KK) di desa itu sebanyak 1.576 KK hingga penduduk desa jumlahnya bisa mencapai 6.000 orang. “Untuk warga yang tidak punya ternak, air bersih bisa digunakan hingga setengah bulan, tapi kalau yang punya ternak, paling hanya bisa lima sampai tujuh hari sudah habis dan harus beli lagi,” imbuh dia.

Krisis air bersih juga diakui warga Desa Sruni, Darmaji. Di desanya, ungkap Darmaji, satu tangki air bersih mencapai Rp90.000.

Terpisah, Kasubbag Sosial dan Keagamaan Bagian Kesra Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Boyolali, Nuryadi mengakui hingga Agustus 2013  ini belum ada warga yang mengajukan bantuan air bersih kepada Bupati Boyolali. Disebutkan dia, Pemkab telah menyiapkan anggaran sekitar Rp105 juta.

“Saat ini dana belum digunakan karena belum ada pengajuan bantuan,” terang Nuryadi.

Ditegaskan Nuryadi, pihaknya siap mendistribusikan bantuan air bersih jika sudah ada permintaan dari masyarakat di daerah rawan kekeringan. Dalam pendistribusian bantuan air bersih kepada masyarakat, Pemkab bekerja sama dengan PDAM Boyolali, swasta, termasuk berkoordinasi dengan Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) Surakarta.

Terkait pengajuan bantuan air bersih dari masyarakat, dijelaskan dia, dapat diajukan kepada Bupati Boyolali melalui pemerintah desa (pemdes) masing-masing. “Begitu masyarakat mengajukan bantuan air bersih kepada Bupati, Bagian Kesra langsung menindaklanjuti dengan dropping air bersih,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya