Soloraya
Rabu, 21 Oktober 2015 - 03:35 WIB

KRISIS AIR BOYOLALI : Embung Musuk Diprediksi Habis Pada November Mendatang

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - LIHAT EMBUNG--Sejumlah anak melihat kondisi embung di Desa/Kecamatan Musuk , Boyolali, Kamis (10/2/2011). (dok SOLOPOS)

Krisis air Boyolali, PUDAM memprediksi sumber air di embung Musuk habis pada November mendatang.

Solopos.com, BOYOLALI–Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PUDAM) Boyolali mulai mengalami kesulitan mencari air baku untuk memenuhui kebutuhan masyarakat. Kemarau panjang yang terjadi tahun ini membuat sejumlah embung di Boyolali mengering.

Advertisement

Penjabat (Pj) Direktur PUDAM Boyolali, Cahyo Sumarso, mengatakan setiap musim kemarau sejumlah waduk dan embung di Boyolali banyak yang mengering. Mengeringnya waduk dan embung itu berdampak pada penurunan air baku yang akan dioleh PUDAM untuk memenuhui kebutuhan masyarakat.

“Sejak awal September PUDAM mulai kesulitan mencari air baku yang akan diolah menjadi air bersih. Kami harus berhemat air agar musim kemarau tidak mengganggu pelayanan kepada pelanggan,” ujar Cahyo saat dihubungi Solopos.com, Selasa (20/10/2015).

Cahyo mengatakan salah satu sumber air PUDAM di Embung Musuk kondisinya sangat memprihatinkan. Kapasitas embung dalam kondisi normal mampu menampung air sebanyak 80.000 meter kubik. Sekarang hanya tersisa 10.000 meter kubik.

Advertisement

“Kami memprediksi air di Embung Musuk hanya sampai bertahan sampai akhir Oktober. November pekan pertama kemungkinan besar sudah habis,” kata Cahyo.

Cahyo mengatakan musim kemarau penggunaan air PUDAM meningkat drastis sementara air baku untuk diolah menjadi air bersih menipis. Ia mengaku melakukan penghematan dalam menggunakan air di Embung Musuk agar tidak cepat habis.

“PUDAM hanya mengambil air sekitar 5 liter/detik per hari untuk melayani sebanyak 4.000 pelanggan yang tersebar di Musuk dan Boyolali kota,” ujar dia.

Advertisement

Ia menjelaskan selama ini sumber air Embung Musuk berasal dari air hujan sehingga jika musim kemarau embung kering. PUDAM, kata dia, sudah mengantisipasi kekurangan air baku dengan memanfaatkan sumur dalam.

“Biaya operasional memanfaatkan sumur dalam membengkak karena menyedot air dengan menggunakan listrik dan diesel. Kami tidak mempermasalahkan itu yang jelas konsumen tetap terlayani,” kata Cahyo.

Sementara itu, penjaga embung, Margono mengatakang air di embung saat ini hanya untuk memenuhi pelanggan di Desa Madu (Mojosongo) dan Ringinlarik (Musuk). Sedangkan aliran ke pelanggan di Boyolali kota sudah dihentikan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif