SOLOPOS.COM - (JIBI/SOLOPOS/dok)

Wonogiri (Solopos)
Dampak kekeringan di sejumlah wilayah bagian selatan Wonogiri makin dirasakan warga memasuki bulan kedua musim kemarau ini. Warga di Kecamatan Paranggupito mulai menjual ternak mereka agar bisa membeli air.

Salah satu desa di Paranggupito yang warganya mulai menjual ternak agar bisa membeli air adalah Gendayakan. Kepala desa tersebut, Sriyanto, kepada wartawan, Jumat (1/7/2011) mengungkapkan ternak yang dijual warga kebanyakan adalah kambing. Selain ternak, warga juga menjual kayu bakar dengan harga rata-rata Rp 60.000/meter kubik untuk kayu jati dan Rp 70.000/meter kubik untuk kayu akasia. “Sejak dua pekan terakhir mulai banyak yang menjual ternak, kebanyakan kambing. Kayu bakar juga dijual untuk menambah uang pembelian air itu. Harga air tergolong mahal, per tangkinya berkisar antara Rp 120.000-Rp 150.000,” ungkap Sriyanto.

Sriyanto menambahkan belajar dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kekeringan saat ini belum mencapai puncaknya. Puncak tersebut biasanya terjadi mulai Agustus dan saat itu aksi jual ternak oleh warga untuk membeli air bersih akan semakin banyak. Kondisi itu diperparah dengan panen yang gagal. Saat ini saja, kata Sriyanto, lahan pertanian yang ditanami palawija seperti singkong oleh warga sudah banyak yang mati karena kekeringan. Dari total luas lahan yang ditanami, paling banyak hanya 30-40 persennya yang bisa dipanen. Dengan harga gaplek yang hanya Rp 1.000/kg, tentu sangat jauh dari mencukupi untuk membeli air bersih.

Terpisah, Camat Paranggupito, Sariman mengatakan kondisi kekeringan yang berakibat matinya tanaman singkong belum pernah separah kali ini. “Kemarau tahun-tahun sebelumnya juga banyak tanaman singkong yang mati karena kekurangan air, tapi tidak sebanyak kali ini. Saya kira itu terjadi karena kekeringan kali ini merupakan perubahan yang cukup drastis setelah sepanjang tahun lalu lahan hampir selalu basah,” katanya.
Baik Sriyanto maupun Sariman berharap segera ada bantuan air bersih dari pemerintah kabupaten (Pemkab) bagi warga di wilayah mereka. Terutama untuk mengantisipasi puncak kemarau sekaligus menjelang Ramadan dan Lebaran, Agustus mendatang. Menurut Sariman, biasanya kebutuhan air bersih akan meningkat selama Ramadan dan menjelang Lebaran.

Sementara itu, di Kecamatan Giritontro, pengeboran sumur untuk pasokan air bersih sudah mulai dilakukan oleh PDAM sejak beberapa hari lalu. Salah satunya berada tak jauh dari Kantor Camat Giritontro yang saat ini sudah mengeluarkan air. “Tapi sumur itu baru bisa memasok kebutuhan air bersih untuk warga di wilayah kota kecamatan. Untuk lima desa yang kesulitan air bersih terpaksa masih membeli dari pengusaha swasta,” ungkap Camat Giritontro, Kuswandi, kemarin.

Direktur PDAM Giri Tirta Sari, Sumadi membenarkan telah dilakukan pengeboran sumur di Giritontro. Direncanakan ada dua titik sumur bor. Tapi baru satu yang terealisasi. Informasi dari Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setda Wonogiri, bantuan air bersih akan dipasok paling lambat akhir Juli. Kabag Kesra, Margono mengatakan pengajuan dana untuk pengadaan 150 tangki air bagi warga di tiga kecamatan sudah dalam proses.

shs

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya