Soloraya
Jumat, 9 Juni 2023 - 16:29 WIB

Krisis! Warga Paranggupito Wonogiri Mulai Beli Air, per Tangki sampai Rp180.000

Muhammad Diky Praditia  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekeringan di musim kemarau. (Freepik)

Solopos.com, WONOGIRI — Sejumlah desa di Kecamatan Paranggupito, Wonogiri, mulai mengalami kekeringan dan krisis air pada musim kemarau ini. Warga bahkan sudah mulai membeli air dengan harga berkisar Rp150.000-Rp180.000 per tangki isi 6.000 liter.

Warga membeli air untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk untuk konsumsi ternak. Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri telah memetakan 37 desa di tujuh kecamatan yang rawan kekeringan. 

Advertisement

Kepala Desa Songbledeg, Kecamatan Paranggupito, Slamet, mengatakan kekeringan sudah mulai dialami warga di sejumlah dusun dalam beberapa pekan terakhir. Sejumlah warga pun mulai membeli air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Warga biasanya membeli air satu tangki berisi 6.000 liter seharga Rp160.000. “Satu tangki air biasanya habis sekitar dua pekan, bisa lebih cepat atau lama daripada itu, bergantung jumlah anggota keluarga,” kata Slamet kepada Solopos.com, Jumat (9/6/2023).

Advertisement

Warga biasanya membeli air satu tangki berisi 6.000 liter seharga Rp160.000. “Satu tangki air biasanya habis sekitar dua pekan, bisa lebih cepat atau lama daripada itu, bergantung jumlah anggota keluarga,” kata Slamet kepada Solopos.com, Jumat (9/6/2023).

Slamet menyebut warga Songbledeg, Paranggupito, Wonogiri, pada umumnya sudah mengatur keuangan mereka jauh-jauh hari agar bisa membeli air saat musim kemarau dan krisis. Mayoritas mata pencaharian warga Songbledeg dan desa-desa lain di Paranggupito merupakan petani sekaligus peternak.

Penghasilan mereka pun hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Saat musim kemarau, pengeluaran mereka menjadi lebih banyak dibandingkan saat musim penghujan karena harus membeli air. Beberapa warga biasanya menjual hewan ternak seperti kambing, sapi, atau barang lain untuk membeli air. 

Advertisement

Menurut Slamet, di Desa Songbledeg, Paranggupito, Wonogiri, masih ada tiga dari 13 dusun yang rawan kekeringan dan krisis air saat musim kemarau. Tiga dusuh itu yakni Tlogorejo, Jangot, dan Gondangsari.

Program Pipanisasi

Tiga dusun tersebut belum terjangkau program pipanisasi untuk menyalurkan air bersih. Ada sekitar 300 keluarga yang tinggal di tiga dusun itu. Beberapa dusun lain sudah terjangkau pipanisasi namun belum semuanya terbangun saluran air ke rumah-rumah, baru ke hidran umum.

“Program dari Pemkab untuk pipanisasi itu bertahap. Karena kan sumber air juga tidak banyak, jadi belum semua wilayah teraliri air. Tetapi proses pencarian sumber air masih terus dilakukan,” jelas Slamet.

Advertisement

Kepala Desa/Kecamatan Paranggupito, Wonogiri, Dwi Hartono, juga menyampaikan krisis air sudah terjadi di beberapa dusun di desanya. Bahkan ada warga di beberapa dusun yang membeli air. Dari 12 dusun di Desa Paranggupito, masih ada tujuh dusun yang warganya sulit mendapat air bersih saat musim kemarau.

Beberapa dusun lain sudah mendapatkan aliran air dari perusahaan daerah air minum (PDAM) yang sumber airnya berasal dari Banyutowo. Saat musim kemarau, warga benar-benar hemat untuk menggunakan air.

Banyak warga hanya mandi sekali sehari atau bahkan memilih tidak mandi dalam sehari. Di sisi lain, ternak mereka juga harus tercukupi kebutuhan airnya. Sementara harga air satu tangki berkisar Rp150.000-Rp180.000 bergantung jarak wilayah.

Advertisement

“Sebenarnya walaupun sudah mendapatkan aliran air dari PDAM, tetapi suplai air tidak setiap, melainkan empat hari sekali baru mengalir ke bak-bak rumah warga ke beberapa dusun. Aliran airnya gantian untuk setiap dusun,” kata Dwi.

Dwi menyebut kondisi kekeringan yang terjadi selama bertahun-tahun ini cukup menghambat penanganan kemiskinan. Sebab pengeluaran warga meningkat berkali-kali lipat saat kemarau untuk membeli air. Mereka harus menjual ternak, kayu, bahkan kadang perhiasan untuk sekadar mendapatkan air bersih.

“Beberapa tahun terakhir ini sudah banyak warga yang teraliri air bersih berkat pengeboran sumber air Banyutuwo. Ini masih terus berproses. Kalau ada temuan sumber air lagi, dari Pemkab juga segera mengkaji,” ucapnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif