SOLOPOS.COM - Sri Wahyuni (baju kotak-kotak) dibantu pegawainya mengerjakan pembuatan kue Lebaran di kediamannya, Mojo, Gaya, Sukoharjo, Rabu (1/8/2012). Saat ini para pembuat kue sudah mulai kebanjiran pesanan sehingga banyak yang harus membatasi agar tak kewalahan. (JIBI/SOLOPOS/Iskandar)

Sri Wahyuni (baju kotak-kotak) dibantu pegawainya mengerjakan pembuatan kue Lebaran di kediamannya, Mojo, Gaya, Sukoharjo, Rabu (1/8/2012). Saat ini para pembuat kue sudah mulai kebanjiran pesanan sehingga banyak yang harus membatasi agar tak kewalahan. (JIBI/SOLOPOS/Iskandar)

Lebaran masih setengah bulan lebih, namun para pengusaha kue-kue Lebaran di Sukoharjo sudah kebanjiran order. Bahkan beberapa di antara mereka harus membatasi order yang masuk. Karena jika tak membatasi order mereka khawatir tak akan bisa memenuhi pesanan tepat waktu.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Salah seorang pengusaha kue-kue Lebaran, Ariani, 28, warga Kadokan, Grogol, Sukoharjo menyatakan saat ini order kue yang masuk kepadanya sudah berderet. “Biasanya pesanan seperti ini akan masuk terus sampai nanti menjelang Lebaran. Tapi karena saya hanya sendirian tidak ada yang membantu, kue yang saya buat juga tidak banyak,” ujar dia, Rabu (1/8/2012).

Seperti tahun sebelumnya, setiap Bulan Ramadan dia mengaku membuat kue-kue Lebaran seperti roti kastengel, putri salju dan nastar yang rata-rata dijual Rp23.000 per 0,5 kg. Dia mengakui usaha sambilan yang dijalankannya itu sebenarnya mampu meraup untung cukup signifikan.

Karena dengan bekerja tak lebih dari sebulan pada Bulan Ramadan, dia mengaku mampu meraup omset kira-kira Rp4 juta. Itu pun, papar dia, dirinya hanya melayani pesanan para tetangga dan teman-teman dekat serta dilakukan selama Ramadan.
Perolehan keuntungan cukup signifikan juga dikemukakan salah seorang pengusaha kue Lebaran di Mojo, Gayam, Sukoharjo, Sri Wahyuni, 35, yang ditemui secara terpisah. Apalagi ragam kue yang dibuat lebih banyak, karena selain tiga kue seperti yang dibuat Ariani, Sri juga membuat kue egg roll (semprongan) dan choco chip.

“Saya mulai banyak order pada awal puasa. Karena itu sekarang ini saya dibantu tiga ibu-ibu sekitar tempat saya ini. Karena kalau tidak demikian kami kewalahan. Soal hasil yang kami peroleh memang cukup lumayan,” ujar Sri tanpa menyebut nominal laba yang diraup.

Dia menjelaskan harga kue yang dijual pun beragam. Untuk kue nastar dan choco chip dalam stoples kemasan 0,5 kg, Sri menjual Rp25.000, lidah mertua Rp22.000, kastengel Rp35.000. Dia menjelaskan harga yang dipatok tersebut telah diperhitungkan dengan harga bahan baku, sehingga dia hanya sedikit mencari untung.

Seperti Ariani, Sri membuat kue-kue Lebaran itu hanya musiman yaitu setiap Ramadan. Kue-kue tersebut dibuat berdasar order dari konsumen sehingga tak dipasarkan ke toko-toko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya