SOLOPOS.COM - Pengunjung berjalan-jalan di area Expo Wonogiri di Alun-Alun Giri Krida Bakti Wonogiri, Minggu (7/5/2023). Ada seratusan produk UMKM lokal yang dipamerkan dalam acara tersebut. (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Kalangan pelaku usaha mikro kecil menengah atau UMKM lokal Wonogiri tak menyia-nyiakan kesempatan mempromosikan produk andalan mereka dalam acara Wonogiri Expo di Alun-Alun Giri Krida Bakti Wonogiri, Minggu-Kamis (7-11/5/2023).

Ratusan produk makanan atau kuliner hingga kerajinan dipamerkan dalam pameran UMKM terbesar dalam rangkaian perayaan HUT ke-282 Kabupaten Wonogiri tersebut. Pantauan Solopos.com di Alun-Alun Giri Krida Bakti Wonogiri, Minggu siang, ada 70 tenda UMKM di acara tersebut.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Satu tenda diisi satu-empat produk UMKM, baik perwakilan setiap kecamatan di Wonogiri maupun UMKM mandiri. Tenda UMKM sisi timur banyak diisi produk makanan dan minuman seperti aneka keripik, jajanan tradisional, dan aneka minuman.

Sedangkan tenda di sebelah utara banyak diisi produk kerajinan dan pertanian, seperti Batik Wonogiren, kopi, dan sepatu slop. Tenda UMKM Wonogiri Expo yang menjajakan produk makanan dan minuman paling banyak didatangi pengunjung. Banyak pengunjung yang datang bersama keluarga atau teman.

Pelaku UMKM asal Jatisari, Jatisrono, Karsi, mengaku merasa terbantu untuk mengenalkan produk emping melinjo yang ia produksi dengan adanya expo tersebut. Pameran seperti itu dinilai cukup efektif mengenalkan produknya kepada khalayak lokal.

Ketika pameran selesai, Karsi acapkali menerima pesanan emping melinjo dari orang yang mengetahui produknya di acara pameran. “Memang kadang tidak selalu laku banyak kalah di acara pameran seperti ini. Tapi setidaknya, produk saya dikenal, diketahui orang dulu. Orang jadi ngeh, kalau ada produk kayak gini,” kata Karsi kepada Solopos.com.

Kopi Lokal

Empling melinjo yang diproduksi Karsi sudah dalam bentuk kemasan dan memiliki merek dagang Emping Melinjo Rizki. Produk itu juga sudah bersertifikasi halal. Bahan baku olahan produk emping ia dapat dari lokal Wonogiri di antaranya dari Jatisrono, Pracimantoro, dan Karangtengah.

Produknya banyak dipasarkan di luar kota seperti Solo dan Yogyakarta. Hanya, saat ini ia masih terkendala bahan baku. “Melinjo itu kan buah musiman, jadi agak susah menyiasatinya. Soalnya, kalau disimpan lama, nanti jadi kering, kurang baik kalau jadi emping,” ucapnya.

Karsi menjual emping melinjo dengan harga bervariasi mulai dari Rp8.000/kemasan. Pelaku UMKM yang juga petani kopi, Mulyanto, mengungkapkan tidak jauh berbeda mengenai pameran produk Wonogiri Expo.

Sebagai pelaku usaha kopi, dia tidak selalu mendapatkan laba saat itu juga ketika mengikuti pameran di Wonogiri. Hal itu sudah dia sadari betul, namun melalui acara tersebut, orang jadi tahu bahwa tempat asalnya, Desa Bligo, Kecamatan Puhpelem, memiliki kopi robusta berkualitas baik.

“Kami kan masih dalam tahap merintis, orang belum banyak tahu kalau Wonogiri itu duwe kopi. Punya kebun kopi dan kualitasnya enggak kalah dibanding kopi lain. Minimal itu dulu,” ujar Mulyanto.

Ungkapan Mulyanto itu disepakati pegiat sekaligus pelaku UMKM kopi Wonogiri, Yosep Bagus. Dia tidak memungkiri pameran-pameran produk UMKM di Wonogiri belum bisa diandalkan pelaku usaha untuk mendapatkan laba sebanyak-banyaknya.

Daya beli masyarakat Wonogiri belum terlalu tinggi. Namun hal itu bukan menjadi masalah besar. Sebab tujuan utama pameran di Kota Sukses itu memang mengenalkan produk-produk lokal.

Mendongrak Pendapatan

Melalui pameran itu, orang menjadi tahu bahwa Wonogiri memiliki potensi produk usaha yang luas dan bervariasi. Bagus mengapresiasi Pemkab Wonogiri karena telah menyelenggarakan Wonogiri Expo guna memamerkan produk UMKM lokal.

“Beda, misalkan pameran di Solo. Pameran di sana, meski harus bayar tenda, tetap berani karena di sana pasti balik modal. Memang daya beli orang di sana tinggi. Di sini, orang datang belum tentu beli. Ya itu tidak masalah juga,” ucapnya.

Dalam acara tersebut, Bagus mengaku sudah menjual 100 botol kopi susu dengan harga Rp20.000/botol. Salah satu pengunjung asal Tirtomoyo, Dyah, 22, mengatakan sengaja datang ke pameran UMKM itu karena ingin mengetahui produk-produk lokal Wonogiri.

Selama ini banyak produk UMKM lokal Wonogiri yang belum dia ketahui dipamerkan di expo tersebut. Misalnya kopi. Hari itu dia baru tahu Wonogiri mempunyai kopi lokal yang bahkan kebunnya saja tidak jauh dari tempat tinggal dia.

“Bagus acaranya, keren. Jadi tahu produk-produk lokal Wonogiri gitu. Misalnya kayak kopi, saya baru tahu kalau Wonogiri itu punya kopi sendiri, ada kebunnya. Setahuku kalau komoditas pertanian Wonogiri, setidaknya di sekitar rumah itu ya cuma cengkih,” kata Dyah.

Menurut dia, dengan antusiasme warga yang tinggi, acara semacam itu seharusnya sering digelar. Dyah menilai hal itu akan sangat membantu mendongkrak pendapatan para pelaku UMKM di Wonogiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya