SOLOPOS.COM - Pindang kambing dan olahan jerohan kambing bikinan Sinem. (Danur Lambang Pristiandaru/JIBI/Solopos)

Kuliner Wonogiri, pindang kambing bikinan Sinem laris diburu pelanggan.

Solopos.com, WONOGIRI — Mendengar kata pindang, benak kita terbayang sebuah olahan yang berbahan dasar ikan. Begitu juga dengan petis, di pikiran kita tergambar saus berwarna hitam kental yang terbuat dari ikan atau udang.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Namun di Wonogiri, khususnya di Kecamatan Ngadirojo, ada sebuah kuliner yang bernama petis kambing atau pindang kambing. Makanan tersebut berbahan dasar tepung tapioka atau tepung gaplek dan kikil kambing.

Kuliner khas Wonogiri tersebut berbentuk seperti bubur yang dicampur dengan kikil kambing. Salah seorang yang bertahan membuat pindang kambing adalah Sinem, 75, warga Dusun Sambirejo RT 001/RW 009, Desa Ngadirojo Kidul, Ngadirojo, Wonogiri. Sinem setia membuat pindang kambing sejak 1988 hingga sekarang.

Bahan membuat pindang kambing berupa kikil kambing, tepung gaplek, dan tulang kambing yang dipotong kecil-kecil. Sedangkan bahan yang lain berupa ketumbar, laos, bawang putih, kemiri, daun salam, dan garam. Namun Sinem menambahkan pindang kambing buatannya dengan olahan jerohan kambing.

Sinem, pembuat pindang kambing asal Dusun Sambirejo RT 001/RW 009, Desa Ngadirojo Kidul, Ngadirojo, Wonogiri, menciduk pindang kambing dan olahan jerohan kambing di rumahnya, Jumat (24/3/2017). (Danur Lambang Pristiandaru/JIBI/Solopos)

Sinem, pembuat pindang kambing asal Dusun Sambirejo RT 001/RW 009, Desa Ngadirojo Kidul, Ngadirojo, Wonogiri, menciduk pindang kambing dan olahan jerohan kambing di rumahnya, Jumat (24/3/2017). (Danur Lambang Pristiandaru/JIBI/Solopos)

“Mulai masak sekitar pukul 12.00 WIB. Pindang kambing dan olahan jerohan kambing dimasak terpisah. Matangnya kira-kira selesai masak pukul 16.00 WIB. Untuk menjaga cita rasa, semuanya dimasak menggunakan kayu bakar,” jelas dia saat berbincang dengan  di rumahnya, Jumat (24/3/2017).

Saat sepi, Sinem menghabiskan sekitar dua sampai empat ekor kambing. Namun saat Lebaran, minimal dia menyembelih minimal enam ekor kambing untuk kebutuhan pelanggan.

“Semua kambing saya beli dan saya sembelih sendiri. Dagingnya dibeli pedagang satai kambing, sedangkan jerohan dan tulangnya saya buat pindang kambing,” sambungnya.

Dia mematok harga pindang kambing ditambah olahan jerohan kambing senilai Rp5.000/porsi. Biasanya, pindang kambing buatannya tandas pukul 18.00 WIB. Bungkus pindangnya pun harus menggunakan daun jati. Sinem enggan menggunakan kertas minyak maupun daun pisang sebagai pembungkus.

“Sebelum matang sudah banyak yang pesan. Baik datang langsung maupun memesan melalui pesan singkat. Pelanggan saya banyak yang berasal dari luar Kecamatan Ngadirojo seperti Kecamatan Sidoharjo, Kecamatan Jatisrono, Kecamatan Wonogiri, dan Kecamatan Jatipuro di Karanganyar,” sambung dia.

Salah satu pelanggan dari Dusun Rejosari, Desa Ngadirojo Kidul, Ngadirojo, Wonogiri, Tini, mengaku sering membeli pindang kambing buatan Sinem. “Rasanya khas. Aroma rempahnya kuat dan jerohannya empuk. Apalagi dimakan saat masih panas. Rasanya mantab,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya