SOLOPOS.COM - Bupati Klaten, Sri Mulyani, membantu membersihkan rumah salah satu warga Dukuh Mawen, Desa Pesu, Kecamatan Wedi, yang kebanjiran akibat jebolnya tanggul Sungai Slegrengan, Minggu (7/2/2021). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN -- Bupati Klaten, Sri Mulyani, mengunjungi warga korban banjir Desa Pesu, Kecamatan Wedi, Minggu (7/2/2021). Ia ikut membantu warga yang tengah bersih-bersih rumah dari lumpur yang terbawa banjir akibat tanggul Sungai Slegrengan yang jebol, Kamis (4/2/2021) lalu.

Mulyani mengatakan kondisi wilayah terdampak tanggul jebol Dukuh Mawen, Desa Pesu, masih memprihatinkan hingga hari keempat setelah tanggul jebol, Minggu. “Dampak tanggul jebol ada 125 keluarga yang terkena banjir.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Tetapi ada 52 keluarga yang terdampak cukup parah. Ada salah satu keluarga beserta putra dan putrinya yang sempat menyelamatkan diri sampai naik genting," jelasnya kepada wartawan.

Baca Juga: RS Kota Solo Keluhkan Minimnya Penyintas Covid-19 Yang Mau Jadi Pendonor Plasma Konvalesen

"Kami sudah terjun langsung. Alhamdulillah warga tetap semangat dibantu sukarelawan dan semuanya terlibat. Sukarelawan ini menjadi aset Klaten yang membanggakan,” lanjut Mulyani.

Selain mewaspadai ancaman bencana hidrometeorologi serta meminta warga menaati protokol kesehatan, saat mengunjungi korban banjir Pesu, Bupati Klaten itu juga meminta agar warga lebih peduli dengan lingkungan sekitar mereka masing-masing. Hal itu misalnya dengan tak membuang sampah sembarang.

Sukarelawan Kepayahan

Hal itu ia sampaikan setelah mengetahui sukarelawan kepayahan mengeluarkan kasur yang tersangkut pada gorong-gorong hingga menyumbat aliran air. “Masyarakat saya minta peduli untuk membuang sampah pada tempatnya. Kalau tidak peduli, akan terjadi seperti ini lagi,” katanya.

Baca Juga: Tambal Tanggul Penyebab Banjir di Pesu Klaten, Tim Gabungan Harus Berkejaran Dengan Cuaca

Sebelumnya, warga Dukuh Mawen, bersama petugas dari BBWSBS, DPUPR Klaten, dan sukarelawan dari berbagai komunias mulai menambal tanggul yang jebol dan menyebabkan banjir itu. Tanggul yang jebol mulai ditambal menggunakan beronjong kawat diisi batu serta karung berisi pasir atau tanah.

Pada sisi lain, warga korban banjir Desa Pesu, Wedi, Klaten, mulai membersihkan rumah mereka dari lumpur yang terbawa banjir. Kendati begitu warga belum berencana kembali menempati rumah mereka. Hal itu karena rumah mereka sebagian masih tergenang air meski sudah surut.

Kepala Desa Pesu, Budi Hartono, mengatakan pada Sabtu (6/2/2021) malam masih ada sekitar 25 keluarga yang mengungsi ke Masjid Al Bashori dekat permukiman warga terdampak banjir. Mereka merupakan warga yang tinggal berdekatan dengan tanggul dengan kondisi rumah masih kebanjiran hingga Sabtu malam.

Baca Juga: PT KAI Tambah Daya Listrik 5 MW, Rute KRL Jogja-Solo Bakal Sampai Palur?

Ia memperkirakan warga yang tinggal sekitar tanggul masih mengungsi pada Minggu malam hingga dua hari mendatang menyusul air masih menggenangi bagian dalam rumah mereka.

Rumah Belum Bisa Ditempati

“Kemungkinan warga yang tinggal di 10 rumah dekat tanggul masih mengungsi hingga dua hari ke depan. Kondisi rumah masih basah dan belum bisa ditempati. Ketinggian air dalam 10 rumah itu saat ini rata-rata sekitar 5 sentimeter,” jelasnya.

Budi membenarkan ada 52 keluarga warga korban banjir Desa Pesu, Wedi, Klaten, yang terdampak cukup parah akibat banjir tersebut. Dampak itu pada barang serta surat berharga milik warga seperti televisi, sepeda motor, serta sertifikat yang tak bisa terselamatkan saat banjir datang.

Baca Juga: Hotel Kendedes dan Panti Semedi Klaten Jadi Tempat Isolasi Mandiri Pasien Covid-19

“Untuk surat berharga seperti sertifikat sudah saya sampaikan ke bupati agar dipermudah tidak membayar. Untuk jumlahnya, belum ada pelaporan karena hari ini masih fokus pembersihan,” ungkapnya.

Budi mengatakan banjir Pesu baru kali pertama ini terjadi selama puluhan tahun terakhir. Banjir sempat membuat warga bingung, panik, dan ketakutan. “Saya tanya ke ibu saya yang usianya sudah 70 tahun ternyata memang selama ini Pesu tidak pernah kebanjiran. Baru kali ini banjir,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya