SOLOPOS.COM - Petugas pasar mengambili bulu-bulu ayam yang tertumpuk di IPAL yang mengakibatkan air limbah pemotongan ayam meluap di Pasar Sukowati Sragen, Rabu (19/4/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, disambati para pedagang ayam dan penyedia tempat peyembelihan ayam saat berkunjung ke Pasar Sukowati Sragen, Rabu (19/4/2023). Awalnya Bupati dan pimpinan daerah hanya mengecek perkembangan harga di pasar baru itu ternyata disuguhkan dengan problem limbah kotoran ayam yang belum ada solusi.

Saat datang ke Pasar Sukowati, Bupati didampingi Kapolres Sragen AKBP Piter Yanottama, Dandim 0725/Sragen Letkol (Inf) Yoga Yastinanda, Ketua DPRD Sragen Suparno, dan para pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) lainnya.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Dalam kunjungan itu mereka tak hanya berdialog dengan pedagang, tetapi juga melihat kondisi tempat pemotongan unggas yang kumuh. Ini karena instalasi pengolahan air limbah (IPAL) tak mampu menampung air kotoran. Kondisi pasar menjadi becek. Bahkan pengelola pasar sampai menggunakan mesin disel untuk memompa air dari IPAL untuk dibuang ke saluran.

Pedagang ayam yang juga pemilik usaha pemotongan unggas di Pasar Sukowati Sragen, Jarwadi, saat ditemui Solopos.com, mengungkapkan  pasar ayam ini tidak layak terutama untuk los pemotongan ayam yang lokasinya sempit, banjir, dan becek. Dia mengusulkan lokasi pemotongan unggas Dipindah di tempat terbuka dekat lokasi bambu. Sehingga pembeli yang hendak memotongkan unggas tidak jauh.

“Kalau di luar itu udaranya bisa los dan baunya bisa diantisipasi. Sejak kami pindah ke Pasar Sukowati ini sudah seperti ini, apalagi saat seperti ini mendekati Lebaran,“ katanya.

Potong 700 Ekor Ayam/Hari

Dia menyebut ada 27 pemotongan ayam yang buka semua. Satu orang bisa menyembelih 500-700 ekor dalam partai besar.  Kalau partai kecil bisa 100-200 ekor per hari. Menjelang Lebaran seperti sekarang, sambung Jarwadi, bisa meningkat sampai ribuan ekor.

“Saya sendiri memotong ayam sehari bisa sampai 500-800 ekor. Kalau menjelang Lebaran bisa naik 3-4 kali lipat tetapi tempatnya hanya ukuran 2 meter x 3 meter jelas tidak mampu,“ katanya.

Dia mengungkapkan IPAL yang ada tidak mampu menampung air limbah karena kapasitasnya kurang besar. Dia mengatakan seringnya bulu ayam itu menimbulkan bau tidak enak dan pedagang belum bisa apa-apa. Dia menyampaikan momentum pindah ke Pasar Sukowati itu tidak pas karena pindahan sudah menjelang Lebaran.

“Mengurusi dagangan saja repot apalagi suruh mengurus limbah. Akhirnya petugas pasar yang mengambili bulu-bulu di penyaringan. Dengan kondisi bau yang tidak enak, becek, membuat pembeli kapok datang. Semua itu sudah saya sampaikan ke Bupati dan katanya mau dicarikan solusinya,“ katanya.

Bupati Yuni mengaku masih ada catatan soal Pasar Sukowati dan segera dicarikan solusi seusai Lebaran. Catatan itu di antaranya problem saluran air di pemotongan unggas dan padatnya pasar bambu karena banyaknya pedagang ayam.

Dia juga mencatat ventilasi di los pemotongan ayam juga kurang memadai sehingga bau ayam tidak keluar. “Evaluasinya segera ditindaklanjuti,“ katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya