SOLOPOS.COM - Buruh tani menebar pupuk urea bersubsidi di area persawahan Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Sabtu (29/6/2024). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Penambahan kuota pupuk subsidi menjadi angin segar bagi petani di Wonogiri pada tahun ini. Mereka tak perlu membeli pupuk non subsidi dengan jumlah banyak karena kuota pupuk subsidi hampir mendekati perhitungan alokasi pupuk dalam rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK).   

Berdasarkan data Dinas Pertanian (Dispertan) Wonogiri, alokasi pupuk subsidi jenis Urea setelah penambahan menjadi 35.313,6 ton per tahun atau 81,59% dari E-RDKK. Sebelumnya, alokasi pupuk Urea hanya 22.863,8 ton per tahun.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Alokasi pupuk subsidi jenis NPK setelah ditambah menjadi 33.175,6 ton per tahun  atau 56.52% dari RDKK. Semula kuota pupuk subsidi jenis ini hanya 17.248,3 ton per tahun. Pemerintah menambah alokasi pupuk subsidi pada Mei 2024. 

Semula kuota pupuk subsidi jenis Urea hanya 22.863,8 ton/tahun. Kemudian pada Mei 2024 Pemerintah menambah kuota tersebut sebesar 56,45% menjadi 35.313,6 ton/tahun. Pupuk tersebut disalurkan kepada 164.543 petani yang terdaftar dalam data RDKK.

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Dasa Tani, Desa Jaten, Kecamatan Selogiri, Wonogiri, Edi Broto, mengatakan masing-masing kelompok tani di Desa Jaten sudah menerima penambahan kuota pupuk pada Mei 2024 lalu. Sejumlah petani sudah mengambil penambahan jatah pupuk subsidi mereka sesuai ERDKK. 

Edi menyebut penambahan alokasi pupuk subsidi itu sangat berarti bagi petani. Saat ini para petani di Desa Jaten tengah menanam padi masa tanam (MT) kedua. Tanaman padi mereka sudah berusia lebih dari dua pekan dari hari setelah panen (HST). Artinya para petani sedang membutuhkan pupuk dalam jumlah banyak agar tanaman berbuah maksimal. 

Dengan penambahan pupuk subsidi itu, petani tidak lagi membeli pupuk nonsubsidi dalam jumlah banyak. Bahkan bisa tidak perlu membeli pupuk nonsubsidi sama sekali karena pupuk subsidi sudah mencukupi kebutuhan. Hal ini berarti biaya produksi bisa ditekan. 

Petani hanya perlu menebus pupuk subsidi dengan harga sekitar Rp115.000 per 50kg. Sementara harga pupuk nonsubsidi jauh lebih mahal dari pupuk subsidi.

“Tahun ini kami dapat jatah pupuknya lumayan banyak. Kemarin ada tambahan, kuota pupuk subsidinya jadi hampir mendekat RDKK. Ini menekan biaya produksi banyak, petani terbantu sekali,” kata Edi saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (29/6/2024).

Menurutnya, para petani biasanya memaksimalkan jatah pupuk subsidi yang ada. Biasanya mereka menggunakan pupuk subsidi itu seoptimal mungkin pada MT terakhir yang mereka bisa tanam. Mereka jarang sekali menyisakan jatah pupuk tersebut. Apalagi di Desa Jaten saat ini mayoritas lahan sawah tengah ditanami padi karena memanfaatkan air dari saluran irigasi Colo Barat yang berumber dari Waduk Gajah Mungkur (WGM).

”Kalau di sini, sekarang masih aman. Lahan sawah masih banyak bisa ditanami padi, pertama, karena masih ada hujan meski kecil. Kedua, karena air di saluran irigasi Colo Barat masih ada. September nanti irigasi Colo Barat ini sudah kering, kecuali di daerah hulu ada hujan di tengah kemarau,” ucapnya.

Salah satu petani di Desa Jendi, Kecamatan Selogiri, Ngatimo, menyatakan saat ini sebidang lahan sawahnya tidak ditanami padi karena kebutuhan air tidak mencukupi akibat kemarau. Dia memanfaatkan lahan itu untuk menanam kacang hijau agar lahan tersebut tetap produktif alias tidak bera.

”Selama 30 tahun bertani, seingat saya, baru kali ini saya menanam padi hanya sekali dalam setahun. Ini saya terpaksa menanam kacang hijau biar tidak bera, eman-eman,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dispertan Wonogiri, Baroto Eko Pujanto, mengatakan tambahan alokasi ini merupakan kebijakan Pemerintah Pusat atas permohonan alokasi yang diajukan melalui RDKK 2024. Meski musim tanam (MT) kedua di Wonogiri mundur akibat pengaruh anomali cuaca El Nino tahun lalu, pihaknya memprediksi luas tanam dan panen tahun ini malah bisa bertambah.

Hal itu bisa dilihat berdasarkan data tanam termutakhir. Pada April dan Mei 2024 luas tambah tanam padi di Wonogiri masing-masing seluas 12.405 ha dan 5.340 ha atau total selama dua bulan 7.731 ha. Pada periode yang sama tahun lalu, hanya 4.801 ha.

Kemudian secara keseluruhan luas tanam padi pada Oktober 2022–September 2024 seluas 48.742 ha. Dia memprediksi luas uas tanam Oktober 2023 – September 2024 diprediksi mencapai 50.033 ha. Hal itu belum termasuk perhitungan lahan sawah yang diintervensi program pimpanisasi.

“Terkait serapan pupuk subsidi, masih akan kami cermati kembali dengan melihat perkembangan luas tanam pada 2024. Pemerintah dapat merealokasi pupuk antar desa, kecamatan, dan kabupaten sesuai dengan capaian serapan dan potensi luas tanam,” jelasnya.

Di samping ada tambahan alokasi pupuk, lanjut dia, Kementerian Pertanian juga menyalurkan bantuan pompa air sebagai solusi cepat mengantisipasi kekurangan air akibat curah hujan yang berkurang. Bantuan pompa air ini diharapkan dapat menjaga luas tanam dan luas panen sebagai dampak El Nino tahun lalu.

Adapun di Wonogiri, bantuan program pompanisasi itu antara lain pompa air diberikan kepada 64 poktan, pompa brigade alsintan disalurkan kepada 30 poktan, dan 15 irigasi perpompaan. 

“Target perluasan area tanam di Wonogiri 2.809 ha, sekarang sudah terealisasi 2,540 ha,” ujar Baroto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya