SOLOPOS.COM - Petani ikan di KJA WGM Wonogiri, Suryanto tengah memberi pakan ikan nila. Meski memasuki musim penghujan, hasil panen ikan di KJA WGM tetap stabil. Tidak ada kematian massal ikan budi daya. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRIPetani ikan karamba jaring apung (KJA) di Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri mengurangi jumlah ikan budi daya hingga 40% persen. Hal itu dilakukan guna mengantisipasi fenomena kematian massal ikan yang kerap terjadi setiap tiba musim penghujan. 

Salah satu petani KJA di WGM Wonogiri, Suryanto, mengatakan sudah beberapa tahun terakhir tidak ada kematian massal ikan budidaya di WGM. Jika pun ada kematian ikan, jumlahnya relatif rendah dan masih dalam taraf wajar. 

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Dia menjelaskan, kematian massal ikan budi daya KJA biasa terjadi ketika pergantian musim dari kemarau ke penghujan seperti sekarang ini. Sejak beberapa tahun terakhir, para petani sudah bisa mengantisipasi fenomena itu dengan cara mengurangi jumlah ikan di KJA. 

Saat ini Suryanto mengurangi jumlah ikan sebanyak 25% dari kapasitas. Pada keadaan normal, satu petak KJA berukuran 5×5 meter berisi 2.000 ikan nila besar. Sekarang, saat musim pergantian musim, dia mengurangi jumlah ikan menjadi 1.000-1.500 ekor per petak KJA.

“Itu cukup membantu mengantisipasi. Kalau cuaca begini, terus ikannya banyak rawan mati. Soalnya kan biasanya kalau musim penghujan itu airnya keruh. Oksigennnya di dalam waduk jadi berkurang. Kalau dipaksakan sesuai kapasitas, bisa mati massal ikannya,” kata Suryanto saat ditemui Solopos.com di KJA WGM Wonogiri, Rabu (4/1/2023).

Menurut dia, beberapa sungai di Wonogiri yang bermuara di WGM membawa material lumpur saaat musim penghujan. Material itu membuat waduk menjadi keruh.

Ditambah banyak limbah pabrik dan obat-obatan kimia untuk pertanian terbawa masuk ke waduk dan meracuni ikan. Hal itu yang membuat ikan-ikan mati. 

Dulu, lanjut dia, banyak petani KJA menggunakan pompa air agar oksigen di dalam KJA tetap terjaga. Namun sudah beberapa tahun belakang ini hal itu sudah jarang ditemui.

“Sekarang sudah ada waduk kecil yang di sebelah timur waduk yang menampung aliran sungai dari arah timur seperti Kali Gedong. Jadi lumpur dan limbahnya tertahan di sana. Kalau alirannya kecil biasanya langsung masuk ke Bengawan Solo,” jelas dia.

Kepala Bidang Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislapernak) Wonogiri, Catur Wuryaningsih Margihastuti, mengatakan fenomena kematian massal ikan di WGM Wonogiri disebabkan karena upwelling, yaitu fenomena air waduk yang lebih dingin dan bermassa jenis lebih besar bergerak dari dasar waduk ke permukaan air. Hal itu terjadi saat kali pertama musim penghujan tiba. 

Tindakan antisipasi kematian massal itu bisa dilakukan dengan mengurangi jumlah ikan. Para petani biasa mengurangi ikan sampai 40% dari kapasitas.

“Waktu kemarau, volume air di waduk turun. Jarak antara dasar waduk dengan KJA rendah. Ketika tiba musim hujan, ada upwelling. Material di dasar waduk seperti lumpur naik ke atas mengenai ikan di KJA. Itu bikin oksigennya turun. Ikannya rentan mati,” kata Catur saat ditemui Solopos.com di kantor Dislapernak Wonogiri, Rabu siang.

Kondisi itu biasanya terjadi karena ada kiriman air dari sungai yang berhulu di timur dan utara Wonogiri. Sungai dari dua arah itu banyak membawa lumpur dan limbah pertanian. Berbeda dengan sungai yang dari arah selatan, hanya membawa material batu dan kondisi air relatif bening.

Meski sudah tidak ada kematian massal sejak 3-4 tahun terakhir, Dislapernak mengaku terus memberikan informasi terkait antisipasi kematian massal ikan budi daya kepada para petani KJA WGM.

“Saat ini sudah ada ada waduk kecil yang bisa memisahkan lumpur yang terbawa aliran sungai dari arah timur. Selain bisa menekan laju sedimentasi, juga bisa mencegah kematian massal ikan di KJA,” ulasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya