SOLOPOS.COM - Ilustrasi interaksi guru dan siswa dalam pendidikan. (mutuinstitute.com)

Solopos.com, SUKOHARJO — Kurikulum Merdeka diterapkan untuk menggantikan kurikulum 2013. Sejumlah guru di Sukoharjo masih mengalami kesulitan dalam pengimplementasian.

Ketua tim penjamin mutu pendidikan Sekolah SMA CT Arsa Fondation, Sukoharjo, Ari, pada Kamis (25/8/2022) mengatakan para guru mengalami culture shoc karena sebelumnya sekolah menerapkan paradigma kurikulum 2013.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Ia mengatakan SMA CT Arsa Foundation telah melaksanakan workshop sebanyak dua kali untuk meminimalisasi miskonsepsi terkait proyek penguatan profil Pancasila.

“Untuk persiapan sudah siap, selanjutnya bagaimana nanti para guru mengarahkan siswa untuk melakukan proyek tema yang dipilih,” lanjut Ari.

Dikutip dari website pusatinformasi.guru.kemendikbud.go.id, sejak tahun ajaran 2021/2022 Kurikulum Merdeka telah diimplementasikan di hampir 2.500 sekolah yang mengikuti program sekolah penggerak (PSP).

Baca Juga: Sukoharjo Hybrid Expo Digelar 4 Hari, Simak Apa Saja yang Dipamerkan

Wakil kepala sekolah (Waka) urusan kurikulum SMA CT Arsa Foundation, Setiyani, pada Kamis (25/8/2022) mengaku menghadapi kesulitan, salah satunya jarak waktu yang singkat saat sekolah ditunjuk untuk menerapkan Kurikulum Merdeka Mandiri berbagi dengan tahun ajaran baru hanya satu bulan.

“Persiapan kami belum maksimal, ditambah manajemen internal sekolah belum siap. Kami harus mengejar waktu ke pembukaan tahun ajaran baru dan di sela-sela waktu ada perbaikan menuju Kurikulum Merdeka, administrasi sudah lengkap,” kata Setiyani

Ia mengatakan kendala yang dihadapi adalah membedah dan mengubah capaian pembelajaran [CP] pada kurikulum merdeka yang berbeda dengan kompetensi inti [KI] dan kompetensi dasar [KD] kurikulum 2013.

“Istilahnya sekarang capaian pembelajaran [CP], bukan kompetensi inti [KI] dan kompetensi dasar [KD],” kata Setiyani.

Baca Juga: Sediakan 138 Layanan, Mal Pelayanan Publik di Sukoharjo Diresmikan Besok

Perbedaan materi dalam kurikulum Merdeka dibandingkan dengan Kurikulum 2013 membutuhkan waktu untuk membedah lebih dalam lagi, bagaimana cara penyampaian, serta berapa waktu yang dibutuhkan untuk diajarkan pada siswa.

“Misalnya dalam kurikulum 2013 ada kelas 10 mempelajari eksponen dan logaritma selama satu semester, sedangkan di kurikulum merdeka disampaikan di semester satu dan menjadi satu dari empat bab yang perlu disampaikan,” lanjut Setiyani.

Penerapan boarding school dan sekolah gratis tanpa pungutan biaya jadi salah satu kendala, karena siswa diperbolehkan menggunakan gawai saat jam pelajaran. Selain itu sekolah harus fasilitasi buku pegangan, guru harus membuat modul secara mandiri.

“Penggunaan gawai tidak sebebas di sekolah umum, hanya boleh ketika jam pelajaran yaitu 07.00 WIB sampai 16.00 WIB, yang memfasilitasi buku adalah sekolah dengan sistem peminjaman,” kata Setiyani.

Ia mengatakan, selain pembatasan penggunaan gawai, penguasaan materi oleh siswa pada tahun sebelumnya juga perlu diperhatikan. Diperlukan penyesuaian materi kembali karena dua tahun sebelumnya mengalami pandemi, sehingga siswa belajar mandiri saat pandemi.

“Kami menyebutnya loss learning, siswa harus belajar sendiri di rumah. Banyak capaian kompetensi yang belum dikuasai sehingga kami harus membedah ulang materi,” lanjut Setiyani.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya