SOLOPOS.COM - Senior Advisor USAID, Ellexis G, melihat-lihat hasil karya siswa berupa kartu sebagau media pembelajaran dalam Kurikulum Toleransi Khaw Sukowati di Stand Rumpun Bahasa dan Kesenian di nDayu Park, Saradan, Kecamatan Karangmalang, Sragen, Senin (18/7/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Sebanyak 20 master teacher akan ditugaskan membimbing dan melatih di 52 SMP negeri dan swasta di Sragen untuk menerapkan Kurikulum Toleransi Khas Sukowati.

Setelah selesai, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen berencana mengembangkan kurikulum toleransi itu di sekolah dasar (SD).  Para master teacher itu merupakan guru pilihan hasil seleksi dari 40 master trainer.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kepala Disdikbud Sragen, Suwardi, mengatakan penerapan kurikulum toleransi khas Sukowati ini tidak hanya untuk SMP.  Mengingat manfaat kurikulum toleransi ini besar maka bisa dikembangkan di lingkungan SD.

Dia ingin penanaman karakter toleran dan akhlak yang baik ditanamkan kepada anak-anak sejak  dari pendidikan dasar (SD).

“Kalau penanaman karakter itu dilakukan sejak kecil maka ke depan benar-benar bermanfaat bagi si anak maupun masyarakat. Inilah yang paling penting. Saya kira BNPT [Badan Nasional Penanggulangan Terorisme] sampai datang itu kemungkinan kurikulum ini bisa dijadikan acuan di Jawa Tengah, atau bahkan di Indonesia dan dunia,” jelasnya, Senin (18/7/2022).

Baca Juga: Mengenal Kurikulum Toleransi Khas Sukowati Lewat Learning Event

Kabid Pembinaan SMP Disdikbud Sragen, Sukisno, menerangkan para kepala sekolah yang hadir bisa memberi masukan. Mereka juga bisa menilai apa kekurangan atas penerapan kurikulum toleransi yang sudah jalan di beberapa sekolah.

Ia memaparkan awalnya ada 40  master trainer dari 40 SMP negeri di Sragen. Kemudian, untuk melatih 52 SMP negeri dan swasta lainnya,, Disdikbud merekrut master teacher yang diseleksi dari 40 master trainer terbaik.

“Tugas 20 master teacher untuk melatih para guru di 52 SMP di Sragen. Setiap master teacher bisa mengampu dua sekolah atau kolaborasi antar-master teacher dalam melatih sekolah. Nah penerapan di 52 SMP itu dimulai di 2022 ini,” katanya.

Kepala SMPN 2 Karangmalang, Sragen, Sunarso, melihat inovasi kurikulum ini bagus karena bisa mengenalkan siswa dengan budaya khas Sukowati. Mulai dari kuliner dan lainnya sekaligus mengajarkan nilai-nilai toleransi.

Baca Juga: Pendidikan Toleransi Berbasis Kearifan Lokal di Kabupaten Srage

Hal senada disampaikan siswa Kelas IX SMP Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen, Sofya Dara. Dengan Kurikulum Toleransi Khas Sukowati, ujar dia, siswa mendapatkan pengetahuan yang banyak tentang budaya lokal di Sragen, baik makanan, seni tradisi, dan seterusnya.

“Bahkan di pelajaran matematika pun dikenalkan permainan tradisional seperti dakon untuk menjelaskan pembelajaran matematika. Dalam permainan dakon itu ada pelajaran pembagian yang sama rata dan hitung menghitung,” katanya.

Tantangan dari kurikulum itu ternyata menuntut guru bisa menguasai sejumlah mata pelajaran. “Kami lebih bersemangat lagi ketika budaya lokal ini diangkat kembali,” kata guru Bahasa Inggris  SMP Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen, Ayu Novitasari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya