SOLOPOS.COM - Seorang Pekerja di ladang tanaman singkong di Kelurahan/Kecamatan Mojosongo tengah menggarap ladang tanaman tersebut, Senin (1/10/2012). (Septhia Ryanthie/JIBI/SOLOPOS)


Seorang pekerja tenggah menggarap  ladang tanaman singkong di Kelurahan/Kecamatan Mojosongo, Boyolali, Senin (1/10/2012). (Septhia Ryanthie/JIBI/SOLOPOS)

BOYOLALI--Musim kemarau tak hanya berdampak terhadap krisis air bersih di Kabupaten Boyolali, tapi juga terhadap produktivitas berbagai jenis tanaman produktif andalan di wilayah Kota Susu. Salah satunya, tanaman singkong yang ditanam khusus untuk bahan bakar bioetanol.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Hal itu terlihat pada tanaman singkong yang ditanam di wilayah Kelurahan/Kecamatan Mojosongo, yang sebagian mati karena kekurangan air. Kondisi itu diperparah dengan serangan hama kutu putih dan rayap.

Salah satu pekerja di ladang tanaman singkong di Kelurahan Mojosongo, Hasan Dinomo, 55, mengakui untuk menyiasati persoalan minimnya pasokan air untuk mengairi tanaman itu, pihaknya telah membuat tandon air dengan cara membuat lubang di tanah dan kemudian dilapisi terpal. Tapi upaya itu tidak membuahkan hasil optimal. Sebagian tanaman singkong itu mati sehingga terpaksa dilakukan penanaman kembali.

“Ya terpaksa disulam [diganti tanaman baru],” tutur Hasan saat ditemui wartawan di sela-sela aktivitasnya di ladang, Senin (1/10/2012).

Namun dengan penyulaman tanaman itu, gangguan terhadap tanaman singkong tersebut ternyata belum berakhir. Sebab belakangan, hama kutu putih menyerang tanaman pada bagian pucuk daun yang muda. ”Daunnya jadi keriting dan tidak tumbuh sempurna,” katanya.

Keropos

Hasan mengaku telah mencoba berbagai cara untuk mengatasi serangan hama ini. Namun belum juga membuahkan hasil. Pekerja lainnya, Sugiman, 48, menambahkan, bibit tanaman singkong diduga juga kurang bagus karena tidak tahan terhadap serangan rayap. Akibatnya bibit yang ditanam, sebagian malah keropos dimakan rayap.“Tanaman itu juga dimakan rayap dari bawah dan akhirnya mati,” ungkap dia.

Dimintai tanggapan terkait hal itu, Asisten II Sekretariat Daerah (Setda) Boyolali mengatakan serangan hama kutu putih biasanya memang muncul pada musim kering atau kemarau. Sedangkan untuk pengendaliannya bisa dengan menyemprotkan larutan sabun cuci. ”Larutan sabun cuci dua persen saja biasanya mampu melarutkan lapisan lemak pada kutu putih, sehingga mereka bisa hilang,” kata Juwaris saat dihubungi ponselnya.

Terkait serangan rayap, Juwaris mengakui lahan yang digunakan untuk menanam singkong bioetanol tersebut merupakan bekas lahan tebu. ”Ya mungkin karena banyak dangkel [sisa batang] tebu yang belum terkomposir di dalam tanah, sehingga mengundang rayap dan menyerang tanaman singkong,” terangnya.

Untuk mengantisipasinya, Juwaris mengatakan bisa dengan obat pemberantas rayap.  ”Bisa menggunakan furadan atau karbofurium yang dilarutkan kemudian disemprotkan,” kata Juwaris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya