SOLOPOS.COM - Ilustrasi digigit nyamuk demam berdarah. (Freepik.com)

Solopos.com, SRAGEN — Belum genap sepekan, dua orang anak di Dukuh Pilangsari, Desa Pilangsari, Kecamatan Ngrampal, Sragen, meninggal dunia diduga karena demam berdarah dengue (DBD).

Kasus pertama terjadi pada anak 12 tahun yang meninggal di rumah sakit Solo, Rabu (31/1/2024) lalu. Kasus kedua yakni seorang anak berumur lima tahun meninggal dunia di RSUD Sragen yang diduga karena DBD, Senin (5/2/2024).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Berdasarkan hasil input data pada sistem DBD elektronik, kasus yang menimpa anak berinisial HA, 5, ini ternyata bukan termasuk DBD tetapi demam dengue (DD).

Namun, gejala klinis yang terlihat mengarah pada DBD. Mendiang HA yang baru duduk di pendidikan anak usia dini (PAUD) itu meninggal pada pukul 12.30 WIB di RSUD Sragen.

Jenazah dimakamkan pada Senin sore selepas asar. Kepergian HA untuk selamanya diantar puluhan warga, termasuk keluarganya. Kedua orang tua HA terpukul dengan meninggalnya bocah yang lucu itu.

Simbahnya HA, yakni Wahyu, 52, saat berbincang dengan Solopos.com, mengisahkan perjalanan cucunya yang sangat disayanginya.

Dia mengatakan gejala panas itu terjadi pada Rabu (31/1/2024).

Saat itu bertepatan dengan adanya kasus DBD di wilayah mereka yang masih satu Rukun Tetangga (RT). Pada Rabu itu, tetangga mereka yang juga masih anak-anak berusia 12 tahun meninggal dunia karena DBD.

Wahyu melanjutkan, saat itu HA panas tinggi sampai 40 derajat yang membuatnya kejang.

“Seketika juga anak itu dilarikan ke RS swasta. Setelah diperiksa, kami diminta menunggu tiga hari untuk kepastian terkena DBD atau tidak. Hari keempat diketahui positif DBD. Selama dirawat tidak mau makan. Pada hari ini baru mau makan tetapi sudah keluar bintik-bintik merah. Kemudian tadi pagi [Senin] ngedrop, keluar darah di dubur dan hidung. Kemudian dirujuk ke RSUD Sragen dan langsung ditangani IGD [Instalasi Gawat Darurat],” ujar Wahyu.

Dia menerangkan, HA sudah menghebuskan nafas terakhir sebelum sempat masuk PICU. Dia menyebut umurnya 6,5 tahun tetapi laporan yang masuk ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen umur HA baru lima tahun.

Wahyu mengatakan, saat ini kerabat mereka yang rumahnya berdekatan dengan mendiang HA juga tengah dirawat di rumah sakit swasta Sragen dengan kondisi suhu badan tinggi.

“Yang rumah sebelah itu juga anak kecil berusia taman kanak-kanak. Semoga segera sembuh, karena masih sepupu. Di RT 017 ini memang tidak di-fogging dan yang di-fogging RT 018 karena yang meninggal sebelumnya di RT 018. Di RT 017 diarahkan petugas puskesmas untuk bersih-bersih lingkungan,” jelasnya.

Wahyu mengatakan, kala itu penanganan orang tua mendiang HA terbilang cepat karena bapaknya petugas kemanan di rumah sakit swasta di Sragen.

“Anaknya itu lucu pinter dan sering main ke rumah saya. Jadi di lingkungan Pilangsari ini sudah ada empat kasus anak yang demam. Yang di RT 018 sudah pulang dan sembuh. Sekarang muncul dua kasus lagi di RT 017, dan salah satunya cucu saya yang meninggal,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinkes Sragen Udayanti Proborini saat ditemui wartawan mengatakan baru saja mendapat laporan adanya tambahan dua kasus demam yang diduga DBD di Pilangsari RT 017 pada Senin sore.

Dia mengatakan lokasinya memang berdekatan dengan kasus anak yang meninggal karena DBD.

“Laporan yang masuk ke kami anak itu berumur lima tahun dan demam masuk RS swasta. Saat masuk masih bagus kondisinya karena trombisit baik dan hemotokritnya tidak meningkat. Pada hari ketiga ada penurunan trombosit tetapi masih normal. Kemudian pada Senin ini, pasiesn drop dan dirujuk ke RS pemerintah,” jelasnya.

Dia menerangkan, ini bukan kasus kematian yang pertama. Dinkes Sragen sudah melakukan pencegahan jauh-jauh hari.

Dia menyadari kasus DBD di Sragen terus meningkat. Hingga Senin sore sudah di angka 46 kasus. Dia meminta kepada puskesmas dan warga untuk gerakan pemberantasan saran nyamuk serentak dan rutin di masyarakat.

“Untuk menyikapi kasus kematian di Pilangsari itu, kami tetap melakukan penyelidikan epidemiologi dan besok pagi PSN serta fogging. Penyuluhan terhadap masyarakat. Kami koordinasi dengan camat untuk mengingatkan warganya untuk terus PSN di lingkungan rumah masing-masing. Jangan sampai ada tempat penampungan air untuk sarang nyamuk,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya