Solopos.com, SRAGEN — Secara geografis, kawasan di sebelah utara Bengawan Solo, tepatnya di kawasan Tangen dan Jenar, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, sebagian besar merupakan lahan kritis. Lahan ini tidak mendukung usaha pertanian terutama untuk pengembangan tanaman padi.
Paling banter, warga sekitar biasa memanfaatkan lahan itu untuk bertanam tebu. Namun, belakangan sejumlah petani di Desa Sigit, Kecamatan Tangen, punya cara berbeda untuk memanfaatkan lahan kritis di wilayah mereka.
“Kebetulan pada 2014, ada program dari Bappeda bernama PLKSDABM [Program Lahan Kritis Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat]. Syaratnya luas lahan yang tersedia minimal 4 hektare. Setelah mendapat informasi itu, kami langsung mengajukan proposal. Kami ingin kawasan di utara Bengawan Solo itu bisa diperhitungkan seperti daerah lain,” jelas Kepala Desa Sigit, Wardoyo, kepada