SOLOPOS.COM - Rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di Kelurahan Panularan Kecamatan Laweyan Kota Solo, Selasa (17/1/2023). (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, SOLO —Apartemen atau rumah susun (rusun) bisa menjadi pilihan alternatif ketika ketersediaan lahan untuk hunian semakin menipis, sedangkan permintaan rumah terus meningkat seiring pesatnya pertumbuhan penduduk di Kota Solo setiap tahunnya.

Pernyataan tersebut diamini Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rumah Sewa Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan (DPKPP) Kota Solo, Iswan Fitradias.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Menurut Iswan, model rumah vertikal bisa menjadi pilihan alternatif apabila ketersediaan lahan di Kota Solo sudah tidak memungkinkan. Hanya, kata Iswan, masyarakat juga perlu lebih paham terkait hak-hak dan kewajiban dalam menerapkan rumah model rusun atau apartemen tersebut suatu saat nanti.

“Cuma masih perlu sosialisasi lagi mengenai hak-hak serta plus minus memiliki apartemen. karena masih banyak yang berpikir kalau beli apartemen sama seperti beli landed housing,” jelas dia pada Solopos.com, Selasa (17/1/2023).

Iswan menambahkan konsep rusun dan apartemen untuk memenuhi permintaan rumah warga di Kota Solo tersebut alangkah baiknya melibatkan pihak swasta, melalui program seperti rusun subsidi

“Ya sudah saatnya gantian pihak swasta yang ambil bagian, supaya Pemkot bisa fokus kepada yang benar-benar membutuhkan/MBR [masyarakat berkebutuhan rendah],” jelas dia.

Sementara saat ini, untuk meringankan beban masyarakat dari kalangan ke bawah, pemerintah memberikan fasilitas rumah susun sementara sewa (rusunawa) kepada warga khususnya yang ber-KTP Solo. “KTP dan KK harus Solo,” singkatnya.

Dengan melihat peminat rusunawa di Kota Solo yang masih tinggi, prospek rusun ke depan bisa dinilai cukup bagus.

“Prospek secara peminat pemohon masih tinggi, karena per hari ini antrean pemohon rusun sudah menembus angka 800 berkas,” terang dia

Iswan menyebutkan dari 800 berkas tersebut, antrean rusunawa paling lama tercatat sejak enam tahun yang lalu, atau sekitar 2017 sampai dengan 2023.

“Antrean yang terlama ada yang dari 2017,” ucap dia.

Terdapat beragam harga yang ditawarkan Pemkot untuk satu hunian rusunawa, di antaranya seharga Rp100.000 per bulan, Rp90.000/bulan, Rp80.000/bulan, Rp70.000/bulan, khusus RISHA seharga Rp190.000/bulan.

Iswan menyebutkan terdapat sekitar 21 lokasi rusunawa yang tersebar di Solo dengan total penghuni sekitar 1.300 KK.

“Pekerjaan yang cukup unik yang saya tahu untuk rusun yaitu buruh panggul, buruh petik lombok, tukang pijat difabel netra, tukang rosok. Kebanyakan dari kalangan informal,” terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya