Soloraya
Sabtu, 15 Maret 2014 - 18:29 WIB

LAHAR HUJAN MERAPI : Warga Nekat Tembus Jalur Lahar di Kali Woro

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah warga melintasi Kali Woro yang ada di Desa Sukorini, Kecamatan Manisrenggo, Klaten. Mereka nekat menyeberangi kali yang menjadi alur lahar dingin Merapi karena jembatan sesek rusak. Foto diambil belum lama ini. (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN — Jembatan sesek di Desa Sukorini, Kecamatan Manisrenggo, yang ambrol akibat terseret aliran lahar hujan, hingga Sabtu (15/3/2014) belum kunjung diperbaiki. Warga pun mempertaruhkan nyawa mereka dengan nekat melewati Kali Woro yang dipenuhi pasir untuk mempersingkat waktu perjalanan.

Pantauan Solopos.com, sejumlah warga yang nekat menerobos Kali Woro itu mayoritas warga dari Desa Ngemplak Seneng dan Sukorini, Kecamatan Manisrenggo. Mereka hendak menuju Pasar Kembang, Kecamatan Kemalang. Selain itu, ada pula anak-anak yang pulang dan pergi ke sekolah dengan menyeberang kali yang menjadi jalur aliran lahar hujan Merapi tersebut.

Advertisement

Mereka menyeberangi kali yang masih dialiri air dengan menggunakan kendaraan bermotor, sepeda, hingga berjalan kaki. Mereka nekat melintasi Kali Woro karena lebih dekat ketimbang berjalan memutar lewat jalan raya.

Dengan melewati kali tersebut, warga Ngemplak Seneng yang hendak menuju ke Pasar Kembang, Kemalang cukup menempuh jarak 1,5 km. Sementara itu, warga yang tidak berani lewat di bawah jembatan yang ambrol terpaksa memutar lewat jalan utama dengan jarak sekitar 3 km.

Salah satu warga Kepurun, Manisrenggo, Surati, 37, mengaku nekat menyeberang di Kali Woro untuk mempersingkat jarak tempuh. Dia hampir setiap hari melewati jalur pintas tersebut. Pasalnya, setiap hari dia menuju ke Pasar Kembang, Kecamatan Kemalang untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. “Ini mau pulang ke Kepurun, Manisrenggo. Tidak, tidak takut menyeberang di kali ini. Pokoknya kalau pas mendung tidak lewat sini menghindari lahar hujan,” katanya kepada wartawan di lokasi, Sabtu.

Advertisement

Sementara, salah satu warga Pacitan, Ngemplak Seneng, Manisrenggo, Muryanto, 31, mengatakan jembatan yang terbuat dari bambu itu hanyut akibat terbawa aliran lahar hujan pada Rabu (5/3/2014) sore. Menurutnya, jembatan yang ambrol tersebut adalah hasil swadaya masyarakat sekitar.

Warga membangun jembatan bambu dengan panjang 8 meter dan lebar 2 meter sejak 2006. “Jembatan itu juga berkali-kali ambrol diterjang lahar hujan, namun warga terus mau membangun secara swadaya. Kami mohon bantuan dari pemerintah untuk segera memperbaiki jembatan ini,” katanya kepada wartawan di lokasi.

Rencananya, warga bersama anggota TNI membangun kembali jembatan itu pada Minggu (16/3/2014). Jembatan kembali dibuat dengan menggunakan bambu.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif