SOLOPOS.COM - ilustrasi. (dok Solopos)

ilustrasi. (dok Solopos)

Sragen (Solopos.com)–Para petani padi di Desa Peleman, Kecamatan Gemolong, Sragen tak bisa menikmati panen kedua setiap tahunnya.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Bahkan, dalam lima tahun terakhir, para petani tersebut hanya bisa sekali saja menikmati sedikit hasil panen kedua pada tahun ini.

Kelangkaan air yang melanda daerah tersebut menjadi salah satu kendala terbesar para petani padi tersebut. Telah beberapa kali warga mencoba membuat sumur bor, tapi hasilnya tetap nihil lantaran kondisi tanah di desa tersebut penuh dengan padas.

Diungkapkan salah seorang petani di Desa Peleman, Gemolong,  Simin, 67, dirinya pernah mengalami kerugian lebih dari Rp 6 juta karena gagal panen kedua.

“Biasanya hasil panen pertama itu dijual para petani dan uangnya digunakan untuk modal di masa tanam kedua. Tapi kami selalu gagal pada panen kedua karena kondisi tanaman yang kekurangan air. Akhirnya hasil dua kali panen habis begitu saja,” ujar Simin, saat ditemui Espos, di rumahnya, di Peleman, Kamis (22/9/2011).

Gara-gara krisis air tersebut, kerugian besar juga dialami petani lainnya, Sutijo. Dari luas persawahan yang ditanaminya, yakni 3.000 meter persegi, dia hanya bisa menikmati hasil panen sebanyak dua karung dengan berat sekitar 80 kilogram.

Atas kondisi memprihatinkan itu, sebenarnya para warga telah lama mengharapkan pengadaan embung. Keberadaan embung menurut para petani, bisa menjadi salah satu solusi permasalahan mereka yang selalu gagal panen.

“Di desa ini ada sekitar 222 hektar lahan pertanian yang membutuhkan air. Kami sangat membutuhkan embung agar masalah pengairan sawah bisa sedikit teratasi,” imbuh Simin.

Perihal pengadaan embung tersebut, Kepala Desa Peleman, Rajimin, pun mengakui telah mengusahakannya. Bahkan proposal permohonan pengadaan embung yang akan dilayangkan ke Dinas Pertanian Kabupaten Sragen sudah disiapkan.

Kaur Pemerintahan Desa Peleman, Bambang, mewakili Kades Peleman,Rajimin mengungkapkan pihaknya pernah mengusulkan pembangunan embung kepada pihak Pemkab saat digelar kunjungan asar keliling bulan puasa lalu.

“Jawaban dari Pemkab, yang penting lahannya sudah tersedia dan tak ada masalah sengketa. Bahkan dari tahun 2007 lalu kami telah melayangkan proposal. Tapi permasalahannya adalah keadaan lahan yang akan dibangun embung saat itu ukurannya kurang luas,” ungkap Bambang.

Saat ini, imbuh dia, pihak pemerintah desa telah memilih lahan yang akan dibangun embung yakni lahan kas desa di Dukuh Bakalan, Peleman, Gemolong dengan luas sekitar 3.000 meter persegi. Namun, masih ada beberapa masalah yang harus diselesaikan.

“Lahan tersebut sebenarnya adalah tanah bengkok milik salah seoran bayan yang akan pensiun dan akan diserahkan ke bayan berikutnya. Karena akan dibangun embung, sekarang ini kami masih harus membahas ganti lahan bengkok. Kalau masalah itu telah selesai, kami langsung mengajukan proposal permohonan ke Dinas Pertanian Sragen, tandas dia.

(m97)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya