SOLOPOS.COM - Warga mengunjungi stan produk pertanian pada kegiatan Lapak Agribisnis di halaman kantor Dispertan Pangan Wonogiri, Rabu (21/6/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Dinas Pertanian (Dispertan) dan Pangan Wonogiri menggelar kegiatan Lapak Agribisnis untuk memamerkan berbagai produk hasil pertanian dalam rangka memperingati Hari Krida Pertanian, Rabu (21/6/2023).

Kegiatan di halaman Kantor Dispertan itu untuk membuktikan hasil pertanian di Kota Sukses tidak sebatas padi dan singkong melainkan sangat beragam. Di sisi lain, acara itu juga menjadi ajang refleksi untuk melihat tantangan sektor pertanian di Wonogiri.  

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pantauan Solopos.com, ada belasan stan yang menampilkan produk-produk pertanian dari masing-masing kecamatan di Wonogiri. Masing-masing kecamatan memamerkan produk unggulan hasil pertanian baik hasil panen atau olahan hasil panen seperti beras, cabai, melon, dan jagung.

Selain itu ada produk pangan olahan yang cukup unik hasil kreasi petani , di antaranya tempe koro pedang, berondong sorgum, dan brownies tiwul. Satu stan terdiri atas produk dan beberapa kecamatan.

Kepala Dispertan Pangan Wonogiri, Baroto Eko Pujanto, mengatakan Lapak Agribisnis digelar untuk menunjukkan Wonogiri memiliki hasil pertanian yang unggul dan memiliki potensi untuk dikembangkan. Baroto menyebut produk hasil pertanian di Wonogiri cukup lengkap mulai dari pertanian pangan, perkebunan, dan hortikultura.

“Kami ingin menunjukkan ini lo produk-produk pertanian Wonogiri yang menjadi penyumbang PDRB [produk domestik regional bruto] sekaligus penyumbang tenaga kerja terbanyak di Wonogiri,” kata Baroto saat berbincang dengan Solopos.com di ruangannya di Kantor Dispertan Wonogiri, Rabu (21/6/2023).

Kendati begitu, Baroto juga mengakui sektor pertanian masih menjadi sektor yang menyumbang angka kemiskinan terbanyak di Wonogiri. Dia menyebutkan sejumlah tantangan dan hambatan pada sektor ini.

Jumlah petani di Wonogiri semakin berkurang. Di sisi lain penambahan petani muda sangat melambat. Mayoritas petani saat ini sudah berusia tua. Mereka tidak mudah mengikuti perkembangan zaman dan teknologi.

Kemunculan Petani Muda

Akibatnya ada keterlambatan alih teknologi dalam memproduksi dan mengolah hasil pertanian di Wonogiri. Sekarang jumlah petani di Wonogiri yang terdaftar di Dispertan Pangan sekitar 166.000 orang. Kebanyakan dari mereka menanam tanaman pangan seperti padi dan jagung. 

“Kemunculan petani-petani muda ini tidak bisa cepat,” ujar dia. Tantangan lain, lanjut dia, infrastruktur pertanian masih menjadi persoalan. Lahan-lahan pertanian di Wonogiri masih banyak yang belum terbangun jaringan irigasi, sehingga petani hanya bisa menanam dengan mengandalkan air hujan.

Selain itu, jalan usaha tani (JUT) belum merata terbangun di lokasi-lokasi pertanian di Wonogiri. Baroto menyampaikan Dispertan Pangan sudah berupaya mengajak anak muda untuk bertani. Tetapi nilai tawar sektor pertanian bagi mereka tidak menarik.

Di sisi lain, sumber daya manusia (SDM) penyuluh pertanian lapangan (PPL) di Wonogiri jumlahnya terbatas, yaitu 125 orang untuk 25 kecamatan. Padahal PPL memiliki peran penting untuk mendampingi para petani mulai dari masa tanam hingga panen.

“Kami kekurangan SDM PPL juga sebenarnya. Jumlah mereka hanya lima orang setiap kecamatan, itu berat kalau harus menjangkau semua petani untuk didampingi,” jelasnya.

Salah satu peserta Lapak Agribisnis sekaligus petani kopi, Mulyono, mengatakan kegiatan Lapak Agribisnis ini menjadi ajang memamerkan produk-produk pertanian salah satunya kopi miliknya.

Sebagai perintis usaha kopi di Wonogiri, kegiatan semacam itu menjadi wadah promosi murah untuk mengenalkan produk kopi hasil ia menanam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya