SOLOPOS.COM - Kepala Dinsos Sragen, Finuril Hidayati, Kamis (24/11/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Munculnya fenomena pengemis online menjadi keprihatinan tersendiri bagi pemerintah. Selain persoalan ekonomi, fenomena ini juga menunjukkan adanya degradasi mental.

Di Kabupaten Sragen, pemerintah daerah melalui Dinas Sosial telah memiliki 26 pelayanan sosial yang bertujuan untuk menekan masalah pengemis, gelandangan, orang telantar (PGOT) ini. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinsos Sragen, Finuril Hidayati, yang juga Kepala Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan (UPTPK) Kabupaten Sragen.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Para pemerlu kesejahteraan sosial itu mau butuh apa sebenarnya bisa difasilitasi pemerintah. Kalau di Sragen ada UPTPK. Butuhnya apa bisa difasilitasi asal benar-benar miskin,” kata Finuril, Selasa (17/1/2023).

Dia mengimbau kepada masyarakat jangan dikasih hadiah dalam bentuk apa pun pada pengemis online karena jelas tidak mendidik.

Mengutip laman dinsos.sragenkab.go.id, dalam rangka penanggulangan (PGOT) sesuai dengan PP Nomor 31 Tahun 1980, Dinas Sosial menjadi salah satu sektor yang terjun langsung dalam penanganan masalah ini di Kabupaten Sragen. Untuk mendukung keberlangsungan penanganan pengemis, gelandangan, dan orang terlantar (PGOT) di Kabupaten Sragen, Dinas Sosial menerbitkan SOP terkait Penanganan PGOT.

Beberapa layanan sosial itu di antaranya pemberian layanan rujukan pengemis gelandangan psisikotik dan nonpsisikotik, WTS, pemulung, pengamen, anak jalanan dan KPO. Kemudian pemberian bimbingan sosial dasar penyandang disabilitas telantar, anak telantar, lansia, gelandangan, pengemis di luar panti sosial. Hingga, rehabilitasi sosial penyandang masalah kesejahteraan sosial.

Rumah Singgah

Adapun semua pengurusan untuk penanganan (PGOT) ini tidak di pungut biaya. Dinsos Sragen juga memiliki rumah singgah yang tahun lalu baru direhab sehingga lebih representatif.

Sub Koordinator Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang Dinsos Sragen, Ine Marliah, menyebutkan ada lima kamar yang diperbaiki. Lima kamar tersebut di antaranya kamar khusus PGOT perempuan, kamar untuk PGOT laki-laki, kamar untuk anak jalanan. Selain itu, sarana lain yang diperbaiki yakni kantor, dapur, toliet, pagar dan lingkungan.

“Semua fasilitas itu diperuntukkan bagi PGOT di Rumah Singgah ini. Sepanjang tahun ini [Agustus 2022], sudah ada 139 PGOT yang kami tangani. Kebanyakan orang telantar,” ujar Ine saat ditemui wartawan, Kamis (25/8/2022).

Semua PGOT yang dibawa ke Rumah Singgah didata identitasnya. Dinsos menggunakan alat biometrik yang disinkronkan dengan data kependudukan untuk melacak identitas dan alamat mereka.

“Alat itu merupakan inovasi kami yang digunakan sejak 2020. Ketika ditemukan alamatnya maka mereka diupayakan dikembalikan ke keluarganya,” lanjut Ine.

Ada juga PGOT yang dirujuk ke panti rehabilitasi maupun ke rumah sakit jiwa (RSJ), tergantung kondisi masing-masing. Para PGOT itu, sebut dia, rata-rata sudah dewasa meski ada pula anak usia sekolah yang menjadi anak jalanan.

“Kasusnya bervariasi. Ketika dikembalikan ke keluarga ternyata ada keluarga yang belum bisa menerima sehingga harus dibawa ke panti rehabilitasi. Ada juga yang jadi gelandangan disebabkan karena utang rentenir, tetapi kasusnya tidak banyak. Kebanyakan gelandangan itu karena psikotik atau gila. Biasanya mereka terbentur karena pascapengobatan di RSJ dan keluarga yang kurang mampu,” papar Ine.

Gelandangan psikotik ini ada yang mengganggu lingkungan sehingga diasingkan, bahkan ada yang dipasung. Ine mengatakan kasus orang dipasung ditemukan di wilayah Sambirejo, Sambungmacan, dan Sragen. Kini, mereka sudah dibawa ke RSJ.

“Untuk penanganan semua itu setiap tahun ada alokasi anggaran rata-rata Rp460 juta,” jelasnya.

Penanganan kemiskinan tidak cuma jadi dominan Dinsos. Ada sejumlah organisasi perangkat daerah lain yang terlibat, semisal Dinas Tenaga Kerja (Disnaker). Mereka menawarkan program pelatihan kerja, bantuan ekonomi produktif, dan lainnya.

“Butuh kelengkapan sekolah ada gerakan nasional orang tua asuh. Kalau malas bekerja ini kembali ke mentalitas,” kata Finuril.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya