SOLOPOS.COM - Warga memperebutkan gunungan dalam acara Grebeg Syawalan. DokJIBI/Solopos/Agoes Rudianto

Warga memperebutkan gunungan dalam acara Grebeg Syawalan. DokJIBI/Solopos/Agoes Rudianto

Warga memperebutkan gunungan dalam acara Grebeg Syawalan. DokJIBI/Solopos/Agoes Rudianto

Solopos, KLATEN – Puncak perayaan tradisi Syawalan di puncak Bukit Sidoguro di Desa Krakitan,  Kecamatan Bayat, Klaten, pada Kamis (15/8) mendatang hanya akan dimeriahkan dua gunungan ketupat.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Jumlah gunungan ketupat tersebut menurun drastis mengingat perayaan tradisi Syawalan pada tahun lalu dimeriahkan 37 gunungan ketupat.

Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora), Sugeng Haryanto, mengatakan penggunaan gunungan ketupat memang sengaja dikurangi pada puncak perayaan tradisi Syawalan tahun ini. Menurutnya, penggunaan banyak gunungan ketupat yang diperebutkan ribuan warga malah membuatnya mubazir. “Dulu ketupat itu banyak yang mubazir karena setelah
diperebutkan warga justru tidak dimakan,” papar Sugeng saat ditemui Solopos.com, di Klaten, Jumat (9/8).

Kendati hanya ada dua gunungan ketupat, sambung Sugeng, panitia menyediakan sekitar 6.000 paket makanan berisi ketupat dengan lauk-pauknya. Paket makanan itu akan dibagikan kepada pengunjung yang memadati Bukit Sidoguro. “Semua pengunjung akan dibagi paket makanan siap saji itu. Mereka
bisa menyantap di lokasi atau dibawa pulang. Jadi semua paket makanan itu tidak akan mubazir,” terangnya.

Berbeda dengan tahun lalu, dua gunungan ketupat yang berjenis kelamin lanang dan wadon hanya akan dikirab dari Rawa Jombor menuju Bukit Sidoguro. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kirab gunungan ketupat biasa dimulai dari Alun-Alun Klaten menuju Bukit Sidoguro. “Start kirab nanti ada di bawah pohon beringin di kompleks Rawa Jombor menuju atas bukit. Tidak perlu jauh-jauh karena hanya ada dua gunungan ketupat,” paparnya.

Sugeng mengaku tidak mengetahui pasti jumlah anggaran yang disiapkan untuk menyelenggarakan puncak perayaan tradisi Syawalan tahun ini. “Saya tidak ingat berapa dananya, tapi kami menargetkan jumlah pengunjung sebanyak-banyaknya supaya sumbangan PAD [pendapatan asli daerah] cukup besar,” terang Sugeng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya