Solopos.com, SRAGEN — Situs Sangiran yang berlokasi di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, menyimpan berbagai penemuan sejarah masa lampau yang unik. Salah satu legenda terkenal dari Situs Sangiran adalah legenda balung buto.
Balung buto merupakan istilah masyarakat lokal untuk menyebut fosil berbentuk tulang raksasa. Fosil merupakan sumber otentik yang dipakai merekonstruksi sejarah kehidupan yang tersisa di masa lampau.
Legenda tentang balung buto itu ditulis Bambang Sulistyanto dalam buku Warisan Budaya Dunia dalam Perspektif Masyarakat Sangiran. Dikutip Solopo.com, Minggu (28/11/2021), pada zaman dulu saat wilayah Sangiran masih berupa hutan lebat dan perbukitan, hiduplah sekelompok masyarakat dengan damai.
Baca juga: 4 Desa di Kawasan Sangiran Sragen Sepakat Kerja Sama Kembangkan Potensi
Baca juga: 4 Desa di Kawasan Sangiran Sragen Sepakat Kerja Sama Kembangkan Potensi
Namun suatu ketika ketentraman mereka tiba-tiba berubah menjadi kekacauan karena datangnya para raksasa. Rombongan raksasa itu merusak berbagai tanaman dan memangsa hewan bahkan mansia, terutama anak-anak.
Akibatnya penduduk Sangiran pun lari ke sebuah desa di balik bukit untuk meminta bantuan ksatria bernama Raden Bandung. Singkat cerita, tercetuslah peperangan antara Raden Bandung dengan para raksasa yang tidak mau pergi dari Sangiran, malah meminta persembahan berupa anak manusia sebagai santapan setiap hari.
Baca juga: Gegara Mitos, Warga Pengkol dan Sangiran Tidak Berani Saling Menikah
Dewa Ruci meminta Raden Bandung mengasah kuku di batu untuk mengalahkan para raksasa. Setelah itu dia muncul dari tengah telaga bersama pasukannya untuk mencari Tegopati, raja para raksasa yang mendirikan kerajaan di Glagahombo.
Raden Bandung pun menyerang wilayah tersebut dan membantai para raksasa. Tegopati tewas dengan senjata kuku milik Raden Bandung. Kematiannya pun sangat mengenaskan karena jasadnya dilemparkan jauh hingga terjengkak di suatu tempat bernama Dusun Bapang yang saat ini masuk wilayah Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Sragen, tempat Museum Sangiran berdiri.
Baca juga: Masuk Museum Sangiran dan Gunung Kemukus Tak Perlu PeduliLindungi Lho
Sementara sebagian pasukan raksasa itu tewas ditenggelamkan di bendungan yang dibuat Raden Bandung. Darah para raksasa itu berceceran hingga menggenangi suatu wilayah yang kini dikenal dengan nama Desa Saren.
Sedangkan tulang-belulang para raksasa itu tersebar di berbagai wilayah di Sangiran yang akhirnya disebut warga dengan istilah balung buto.