SOLOPOS.COM - Gunung Merapi mengeluarkan awan panas pada Sabtu (11/3/2023) siang. (Istimewa/Sukiman)

Solopos.com, BOYOLALI — Letusan Gunung Merapi sering kali dikaitkan dengan kemarahan sang penunggu gunung yang dikenal dengan sebutan Mbah Petruk.

Masyarakat sekitar Gunung Merapi percaya apabila di langit terlihat awan dengan siluet tokoh pewayangan Punakawan dengan ciri khasnya berhidung mancung itu, tak lama lagi Gunung Merapi akan meletus.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Seperti pada 12 Maret 2023 saat terjadi peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi, media sosial dihebohkan dengan foto penampakan awan yang membentuk siluet Petruk di atas Gunung Merapi.

Warganet langsung menghubungkan gambar tersebut dengan situasi terbaru Merapi dan kemungkinan Merapi meletus dalam waktu dekat.

Lalu, bagaimana sebenarnya latar belakangnya sampai kemunculan awan yang membentuk siluet tokoh Petruk itu dianggap sebagai pertanda akan terjadinya letusan Gunung Merapi? Siapa sebenarnya sosok Mbah Petruk yang kemunculannya kerap bikin heboh masyarakat saat ada peningkatan aktivitas Merapi itu?

Dilansir tulisan ilmiah berjudul Cerita Rakyat Kyai Petruk Penunggu Merapi di Desa Lencoh Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Jawa Tengah (sebuah tinjauan folklor) karya Heppy Ayu Nurmala Sari yang diunggah di laman uns.ac.id, Kyai Petruk merupakan dhanyang (mbaureksa), yang diagung-agungkan, dan amat dihargai warga Selo, Boyolali, dan sekitarnya.

Kyai Petruk diyakini dapat memberikan perlindungan dan pertolongan (ngayomi) kepada warga sekitar di Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali. Konon ceritanya, Kyai Petruk bertempat tinggal di permukiman yang kini dikenal dengan nama Tegal Sruni di wilayah Kecamatan Selo.

Kyai Petruk dalam legenda penunggu Gunung Merapi itu merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Pada masa kecilnya, Mbah Petruk dikenal dengan nama Suladi. Namun ia dipanggil dengan nama Mbah Petruk karena berbadan tinggi (jangkung) seperti tokoh Petruk dalam tokoh pewayangan purwa.

Suladi, Kyai Petruk atau Mbah Petruk, berdasarkan silsilahnya juga bernama Handakakusuma. Saat kecil, Handakusuma dirawat oleh Kyai Reksayuda II. Handakakusuma mempunyai sikap yang aneh dan lain dibanding para saudaranya. Ia tidak pernah mandi semasa hidupnya dan apa yang ia ucapkan selalu tepat (titis).

Mendadak Hilang saat Mandi di Sungai

Setiap hari ia selalu lelana, yaitu bepergian bertualang yang tidak jelas arah dan tujuannya. Ia paling suka menelusuri Sungai Gandul, mulai dari hulu di Desa Sidapeksa yang merupakan ujung (mata air) Sungai Gandul.

Menjelang dewasa, Handakakusuma hendak dikhitankan oleh kakaknya. Sang kakak juga menyiapkan baju serta ingin memandikan Handakakusuma. Namun, Handakakusuma terus menerus menolak. Saudaranya akhirnya memaksanya untuk mandi di Sungai Gandul yang lokasinya di sebelah selatan Cepogo sekarang.

Ketika Handakakusuma atau Kyai Petruk muda pada legenda penunggu Gunung Merapi itu berada di tengah sungai untuk dimandikan, tiba-tiba di hadapan seluruh keluarganya ia lenyap begitu saja sehingga membuat keluarganya kebingungan mencarinya ke mana-mana.

Hingga pada suatu malam saat sang kakak yang bernama Kyai Reksayuda sedang termenung memikirkan nasib adiknya itu, tiba-tiba mendengar suara gaib yang mirip suara Handakakusuma.

Suara tanpa wujud itu mengatakan bahwa Handakakusuma saat ini telah menjadi penguasa Gunung Merapi di alam halus sehingga ia selama-lamanya tidak dapat lagi berkumpul dengan kakaknya. Ia juga berpesan kepada sang kakak untuk tidak usah lagi bersusah payah mencarinya.

Suara gaib itu juga mengatakan jika kakaknya ingin bertemu Handakakusuma, maka perlu mempersiapkan minuman kopi gula jawa dan jadah bakar. Selain itu, jika sedang ada acara selamatan agar jangan lupa menyajikan tumpeng nasi jagung dengan tempe gembus atau bungkil yang dipanggang.

Selanjutnya untuk menggenapkan sesaji mesti disertakan pula singkong atau ubi kayu bakar. Atas pesan tersebut, Kyai Reksayuda selalu mengadakan sesaji seperti yang diminta adiknya dan berlangsung hingga ke cucu Kyai Reksayuda.

Jika mengalami kesusahan hati, mereka segera mengadakan sesaji sebagaimana pesan Kyai Petruk. Hingga kini, masyarakat Selo masih ada yang tiba-tiba rumahnya dikunjungi Kyai Petruk dan mendapat pesan akan ada musibah di daerahnya terutama terkait bencana dari Gunung Merapi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya