Soloraya
Selasa, 8 Agustus 2023 - 18:01 WIB

Lepas Bantuan 14 Tangki Air ke 4 Desa di Boyolali Utara, Bupati: Dihemat ya!

Nimatul Faizah  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bupati Boyolali, M Said Hidayat, melepas 14 mobil tangki pembawa bantuan air bersih di halaman kantor BPBD setempat, Selasa (8/8/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Bupati Boyolali, M Said Hidayat, melepas keberangkatan 14 truk tangki pembawa bantuan air bersih ke empat kecamatan di Boyolali utara pada Selasa (8/8/2023). Pelepasan tersebut dilaksanakan di halaman kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, 14 tangki tersebut dikirim ke Desa Repaking di Wonosamodro, Desa Guwo di Wonosegoro, Desa Kedungrejo di Kemusu, dan Desa Jemowo di Tamansari. Desa-desa itu terdampak kekeringan dan krisis air bersih pada musim kemarau ini.

Advertisement

Bupati Said menjelaskan ada enam kecamatan yang masuk daerah rawan kekeringan yaitu Wonosegoro, Wonosamodro, Kemusu, Juwangi, Tamansari, dan Musuk.

“Terima kasih dan apresiasi kepada seluruh lini yang tergerak dan bergerak bersama dalam upaya penanganan kekeringan di Boyolali, termasuk peran CSR [corporate social responsibility] yang hadir memberikan bantuan air yang dikomandani BPBD Boyolali,” jelas dia.

Advertisement

“Terima kasih dan apresiasi kepada seluruh lini yang tergerak dan bergerak bersama dalam upaya penanganan kekeringan di Boyolali, termasuk peran CSR [corporate social responsibility] yang hadir memberikan bantuan air yang dikomandani BPBD Boyolali,” jelas dia.

Lebih lanjut, Said mengungkapkan Pemkab Boyolali menganggarkan sekitar Rp105,5 juta untuk penanganan kekeringan. Hal tersebut bisa bertambah atas bantuan dan peran CSR.

Ia berharap dengan saling terpadunya gerakan seluruh lini baik Pemkab, swasta, dan organisasi sosial, Boyolali dapat menghadapi kekeringan dengan baik. Said juga berharap kepada masyarakat yang menerima bantuan air bersih dapat memanfaatkan sebaik-baiknya dan seadilnya.

Advertisement

Kepala BPBD Boyolali, Suratno, memerinci asal bantuan 14 tangki air bersih tersebut. Ada lima tangki dari Pertamina Patra Niaga Teras, empat tangki berasal dari Bank Jateng, tiga tangki dari Pertamina Adi Soemarmo, dan dua tangki dari Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM) Boyolali.

Krisis Air Diklaim Masih Batas Wajar

Terkait berapa tangki air bersih yang disiapkan BPBD Boyolali untuk mengatasi kekeringan pada tahun ini dengan anggaran Rp105,5 juta, Suratno menjelaskan dengan harga per tangki Rp650.000, BPBD bakal menyediakan sekitar 161 tangki air bersih.

“Kalau CSR nanti kami detailkan lagi terkait pembangunan komitmen bersama, tetapi dari tren yang ada, kalau dari 161 tangki menjadi 300 saya optimistis bisa, mungkin bisa lebih dari itu,” jelas dia.

Advertisement

Terkait kondisi kekeringan di Boyolali utara, Suratno menyampaikan masih dalam batas wajar. Namun, kondisi itu memang butuh perhatian dari Pemkab Boyolali melalui BPBD berkolaborasi dengan unsur masyarakat dan dunia usaha.

Selain pemberian bantuan 14 tangki air bersih, dalam kesempatan tersebut juga diserahkan bantuan satu unit perahu motor patroli untuk Tim SAR Waduk Kedung Ombo di Kecamatan Kemusu, Boyolali.

Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Boyolali Suparman, menjelaskan pada akhir Juli, ada 42 tangki yang sudah disalurkan. Sedangkan hingga Senin (7/8/2023) sudah ada 48 tangki air bersih yang tersalurkan. Per tangki berisi sekitar 5.000 liter.

Advertisement

“Di enam kecamatan yang masuk dalam peta rawan bencana kekeringan tersebut, hampir seluruh desa terkena dampak. Ada sekitar 127.904 jiwa yang terkena dampaknya,” kata dia.

Walaupun hampir seluruh desa terkena dampak, Suparman menggarisbawahi sudah ada beberapa dukuh yang tidak terdampak karena sudah memiliki sumur dalam atau sistem pengairan buatan lain.

Lebih lanjut, ia menjelaskan penyebab enam daerah tersebut masuk menjadi daerah rawan kekeringan karena sumber mata air sulit ditemukan bahkan tidak ada karena masuk daerah kering.

“Sempat itu di daerah Wonosamodro dibuat sumur bor, ada airnya, tapi asin. Jadi tidak bisa dimaksimalkan untuk kebutuhan penduduk,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif