SOLOPOS.COM - Para perwakilan perangkat Desa Gentanbanaran dan Gapoktan Gentanbanaran menunjukkan burung hantu tyto alba di tempat penangkaran P4S Harmoni, Sukoharjo, Sabtu (8/1/2022). (Istimewa/Edy Purwanto)

Solopos.com, SRAGEN — Populasi burung serak jawa (Tyto alba) diperkirakan ada lima pasang di Desa Gentan Banaran, Kecamatan Plupuh, Sragen. Pemerintah Desa Gentanbanaran mengalokasikan Rp25 juta untuk membangun rumah burung hantu (rubuha) dan rumah penangkaran burung tersebut.

Sekretaris Desa Gentanbanaran, Budiyanto, menjelaskan lima pasang burung hantu liar berusia dewasa di desanya bersarang di sejumlah bangunan. Antara lain di masjid, bawah jembatan, pohon, dan sekolahan. “Burung aman di sarangnya, namun ada satu dua burung kemungkinan yang masih kecil jatuh [dari sarang]. Beberapa warga memelihara juga ada,” kata dia kepada Solopos.com, Selasa (11/1/2021).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pemerintah Desa Gentanbanaran ingin melestarikan dan menambah populasi hewan nokturnal ini. Berambahnya jumlah burung hantu liar diharapkan bisa mengurangi hama tikus di sawah.

Baca Juga: Menanti Kebijakan Anggaran untuk Pembelian Tyto Alba Besar-Besaran

“Tahun ini kami menganggarkan kemungkinan untuk rubuhanya. Kami pengadaan itu supaya burung Tyto alba bisa bersarang di rumah yang kami buat dan lebih nyaman untuk berkembang biak. Anggarannya enggak begitu banyak sih, sekitar Rp25 juta dari dana desa 2022,” jelasnya.

Dia menjelaskan perangkat desa sedang mengalkulasi biaya kandang karantina yang berfungsi menampung anak burung hantu yang terpisah dari induknya. Anak burung hantu itu akan dikarantina sebelum dilepas ke alam.

Penyuluh Pertanian Lapangan Desa Gentanbanaran, Mulyani, menyebut burung hantu masih menjadi predator alami yang paling efektif untuk kendalikan hama tikus. Namun memang butuh upaya bersama untuk melestarikan burung hantu ini.

Baca Juga: Gapoktan Gentanbanaran Sragen Studi Banding Soal Burung Hantu

Dia mengatakan serangan tikus merugikan para petani namun masih namun secara umum belum parah di Desa Gentanbanaran. Mayoritas sawah di desa Gentanbanaran ditanami padi tiga kali setahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya