SOLOPOS.COM - Keseruan Festival Layang-layang Sukoharjo 2023, di Kampung Pondok, Kelurahan Bulakrejo, Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo, Minggu (1/10/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri).

Solopos.com, SUKOHARJO — Permainan tradisional layang-layang dalam gelaran Festival Layang-layang Sukoharjo 2023 di Kampung Pondok, Kelurahan Bulakrejo, Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo, Minggu (1/10/2023), disambut antusias masyarakat.

Ratusan peserta dan warga sekitar berbondong-bondong menuju lokasi acara meskipun cuaca sedang panas. Permainan tersebut seolah menjadi teman karib segala usia di era permainan digital yang merajalela.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Di sela-sela festival, Ketua Persatuan Pelayang Tulungagung (Petung), Hadi Subani mengatakan harapannya agar ke depan ada museum layang-layang.

Petung sendiri telah dikenal dengan kreativitas dan antusiasnya dalam membuat kreasi layang-layang. Baik layang-layang berbentuk naga, dua dimensi, tiga dimensi, tradisional hingga sport kite.

Kelompok ini bahkan sering tampil dalam festival maupun perlombaan layang-layang yang diadakan di berbagai daerah di Indonesia.

Hadi mengatakan Festival Layang-layang menjadi salah satu bentuk sosialisasi permainan tradisional layang-layang yang juga masuk dalam kategori olahraga non-prestasi.

Bahkan permainan layang-layang juga memiliki kelas nasional hingga internasional. Namun selama ini menurutnya permainan layang-layang masih dipandang sebelah mata. Bahkan tidak masyarakat semua memiliki wadah untuk mengasah kreativitas dalam permainan tersebut.

Sampai saat ini Petung telah melahirkan ratusan layang-layang kreasi yang telah mengudara di beberapa daerah. Hadi berharap kecintaan akan permainan tradisional tersebut akan terus dilanjutkan oleh generasi mendatang.

“Kami sudah kesekian kalinya membuat, kalau dihitung mungkin ratusan tetapi belum sampai ribuan. Kami ingin ke depan layang-layang itu nantinya akan dimasukkan ke museum,” harap Hadi saat berbincang dengan Solopos.com dalam kegiatan tersebut.

Hadi yang juga menjadi juri dalam festival tersebut mengaku senang lantaran masih banyak pelayang yang antusias dengan gelaran tersebut. Ia juga membawa layang-layang phoenix untuk diperkenalkan di Kabupaten Jamu.

Hadi harus membawa burung phoenix itu secara terpisah dan merakitnya di lokasi setempat bersama tim. Menurutnya layang-layang tersebut merupakan lambang keperkasaan yang memiliki filosofi dan bentuk seperti burung garuda.

Dalam pembuatannya Hadi membutuhkan waktu selama satu bulan untuk merangkai layang-layang dengan lebar 8 meter dan panjang 4 meter itu.

Untuk membuatnya berhasil terbang, Hadi mengaku membutuhkan kain parasut dan bambu sebagai bahan utama pembuatan layang-layang itu. Bahan dan peralatan menurutnya juga cukup mudah untuk ditemukan.

“Layang-layang ini merupakan olahraga non prestasi. Kami datang ke sini sekaligus untuk memperkenalkan layang-layang bisa dibentuk apapun sesuai kreativitas kita. Terpenting dalam pembuatan layang-layang harus memeperhitungkan sisi teknis dan aerodinamisnya agar layang-layang sebesar apapun bisa terbang,” papar Hadi.

Sementara itu, Lurah Bulakrejo, Sugiyatno, mengatakan festival itu merupakan bagian dari kreativitas pemuda Kampung Pondok, Bulakrejo, Sukoharjo. Gelaran tersebut bertujuannya untuk mewariskan pada generasi muda permainan tradisional agar tidak punah maupun diklaim negara lain.

Selain itu, layang-layang menjadi bagian dari tradisi turun-temurun masyarakat Kampung Pondok. Dulunya layang-layang hanya dijual di warung-warung dengan ukuran  kecil dan terbuat dari kertas.

Sementara dalam festival tersebut bentuk layang-layang menjadi lebih kreatif dengan berbagai modifikasi yang ada.

“Kami berharap dengan kegiatan ini Kelurahan Bulakrejo semakin dikenal dan semakin jaya. Festival Layang-layang 2023 ini juga bisa memberikan motivasi untuk terus mengisi kemerdekaan dan tidak lupa dengan layang-layang sebagai permainan tradisional. Jangan sampai negara lain mengklaim permainan tradisional kita,” paparnya dalam sambutan kegiatan tersebut.

Sementara itu, festival tersebut tak hanya dimeriahkan para bocah. Namun sebagian besar peserta juga dimeriahkan oleh sejumlah pemuda hingga orang tua. Nampak layang-layang dengan berbagai kreativitasnya menghiasi lapangan desa tersebut.

Namun sayangnya tak semua layang-layang mulus saat terbang. Beberapa layang-layang harus terputus lantaran angin di lokasi setempat cukup kencang. Tak sedikit pula kerangka layang-layang yang sobek karena tak mampu menahan tekanan angin yang membawanya terbang.

Proses penerbangan layang-layang tersebut tak semudah kelihatannya lantaran sang joki harus mampu menaklukan angin dan mengendalikan layang-layangnya agar tak bertabrakan dengan layang-layang lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya