Solopos.com, SOLO -- Pendiri dan CEO Jouska Indonesia, Aakar Abyasa, beberapa waktu lalu mengunjungi Kota Solo, Jawa Tengah. Aakar Abyasa tak lupa untuk menikmati kuliner dan belanjar batik yang menjadi ciri khas kota dengan slogan The Spirit of Java ini.
Namun, ada kisah menarik yang ia beberkan melalui Instagram pribadinya, @aakarabyasa, Sabtu (30/11/2019). Dia dikejutkan dengan budaya berbagi yang dipraktikkan masyarakat Solo dan dibalut kearifan lokal.
Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024
"Dua hari di Soloraya menemukan bahwa kolaborasi itu bukan ide baru. Itu adalah local wisdom yang sudah dipraktikkan berabad-abad di negara kita sendiri," ungkap Abyasa.
Mata Air Cuma Keluar 1 Ember/Jam, Warga Ngancar Wonogiri Andalkan Bantuan
"Ketika di Solo, saya justru menemukan jawaban soal sharing economy [ekonomi berbagi] yang sudah dipraktikkan masyarakatnya dalam keseharian mereka," sambungnya.
Tuduhan Shalfa Tak Perawan, Khofifah Desak Pelatih Minta Maaf
Awalnya dia mengisahkan pelajaran berharga tentang berbagi antar pedagang selama di Solo. Aakar Abyasa mengunjungi tiga tempat di Solo, yakni wedangan dan pasar yang semuanya menerapkan prinsip tersebut. Berikut cerita lengkapnya yang dibagian melalui akun @aakarabyasa.
Asal Usul Sumur di Bawah Musala yang Celakai Imam Mahasiswa UIN Jogja
Selama di Solo saya beberapa kali nyobain steet food / warung / wedangan. Ada satu warung saya tanyain. Warungnya ramai banget. Enak banget. Tapi bukanya cuma dari jam enam pagi sampe jam tiga sore. Padahal rame kayak pasar.
Apple Watch Series 5 Segera Meluncur di Indonesia, Ini Harga dan Spesifikasinya
Iseng saya nanya ke kepemiliknya, 'kok gak buka sampe malem kenapa?' Jawabannya: 'ya biar karyawan istirahat. Biar tetangga bisa ganti jualan yang lain'. Deg!! Rasanya saya sangat tertampar.
Ada Roti Jangkrik di Inggris, Rasanya Diklaim Lezat
Saya pergi ke wedangan dua kali. Yang terakhir, karena flight saya jam tujuh malem, maka saya minta early dinner. Jam setengah lima. Wedangannya baru dasaran. Dasaran itu siap-siap lapak. Saya perhatikan bolak-balik ada orang nitip jual makanan ke lapak. Bahkan kata bapaknya yang jual, dia cuma modal tempat, nasi, gorengan & minuman. Sisanya semua konsinyasi. Titipan.
Waduh, Kalori Kerupuk Setara Sepiring Nasi
Saya tanya, kenapa gak bikin sendiri Pak? 'Wah...gak papa Mas. Biar tetangga sekitar ikut cari untung. Ikut makan. Saya sudah cukup kok.' Sekali lagi saya terkejut engan jawabannya.
Nadiem Makarim: Kalau Saya Cari Uang, Enggak Usah Jadi Menteri
Satu lagi yang menarik. Saya sempat berburu kain batik lama di pasar. Kebetulan temen saya yang nganterin direferensikan satu toko namanya. Sebutlah toko bu Nanik.
UMS Solo Kampus Swasta Indonesia Terbaik Se-Asia
Kami mencari toko bu Nanik ini tanya ke pemilik toko lain yang jualanya sama. Kalo di Jakarta, biasanya bilang gak tau. Tapi Bapak ini justru nganterin saya ke tokonya Bu Nanik.
Kedai Bakso Kejujuran di Banjarsari Solo: Ambil, Hitung, dan Bayar Sendiri Makananmu
Saya nyeletuk gini: 'Bapak baik banget mau anter. Dia nyeletuk, 'namanya dagang bareng Mas, kalo rejeki ga bakal ketuker.' Akhirnya setelah belanja ke Bu Nanik, saya juga belanja ke toko Bapak yang nganter tadi.