Soloraya
Jumat, 25 Februari 2022 - 16:25 WIB

Lika-liku Ekspor Kerajinan Logam Desa Tumang Boyolali saat Pandemi

Magdalena Naviriana Putri  /  Sri Sumi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah koleksi logam di Dukuh Tumang, Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Kamis (24/2/2022). (Solopos/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, BOYOLALI — Dukuh Tumang di Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah terkenal sebagai sentra kerajinan logam yang produknya berhasil menembus pasar ekspor.

Namun, nasib perajin logam di Tumang Boyolali tengah menghadapi kesulitan bahan baku logam saat pandemi. Hampir sebagian besar bahan baku diperoleh melalui impor. Kepala Desa Cepogo, Mawardi, menyampaikan itu saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (24/2/2022).

Advertisement

Mawardi menceritakan kesulitan mendapatkan bahan baku logam melalui impor itu dialami selama 2 tahun pandemi ini. Menurutnya, kendala itu terjadi karena Indonesia belum memiliki tempat pembuatan plat tembaga kuningan.

Baca Juga : Cerita Tumang Surga Kerajinan Logam di Boyolali Diambil dari Nama Hantu

Advertisement

Baca Juga : Cerita Tumang Surga Kerajinan Logam di Boyolali Diambil dari Nama Hantu

“Pada saat kran ekspor dan impor ditutup, akhirnya bahan menjadi mahal sekali. Saya sudah menghubungi [Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia] LPEI kemudian saya dihubungkan dengan Antam. Ternyata Antam belum membuat plat tembaga kuningan,” katanya saat ditemui di Balai Desa Cepogo.

Pemerintah desa mengambil jalan keluar melalui BUM Desa. “Kami baru usul dan berusaha mencari izin ekspor-impor dengan harapan saat BUM Desa sudah diberikan izin, utamanya impor bahan baku, berarti akan memutus mata rantai panjang, Kami bisa langsung impor bahan dari luar negeri,” ujar dia.

Advertisement

Baca Juga : Ada Ratusan Patung di Bukit Sanjaya Selo Boyolali, Ini Alasannya

“Harapannya orang sini akan semakin mudah ekspor melalui BUM Desa. Kami sekarang menyediakan packing sampai ekspedisi bekerja sama dengan Pos Indonesia, JNT Cargo, dan PT TAM [Toyota Astra Motor]. Itu untuk mempermudah masyarakat mengirim barang kerajinan sekalian menghidupkan BUM Desa,” ungkap Mawardi.

Tak hanya pemasaran dan bahan baku, perajin logam di Tumang Boyolali juga terkendala digitalisasi. Muwardi menceritakan sejumlah orang diduga melakukan penipuan menggunakan nama Tumang. Bahkan, katanya, bukan warga desa dan tidak mempunyai galeri di Tumang.

Advertisement

Mereka menawarkan harga murah tapi kenyataannya hanya tipuan melalui media sosial. “Sedang diusahakan membuat database perajin. Pemerintah desa sebagai verifikator. Sudah dikumpulkan untuk sosialisasi dan rembug desa dengan perajin,” lanjutnya menjelaskan kasus penipuan.

Baca Juga : Menikmati Panorama Merapi Bernuansa Bali di Bukit Sanjaya Selo Boyolali

Peran Desa Cepogo

Mawardi bertekad agar pemerintah desa menjadi pelengkap dan pendukung potensi yang dimiliki masyarakat. Ia memastikan bahwa pihak desa tidak akan mengambil alih pengelolaan sentra kerajinan logam di Tumang.

Advertisement

“Pada saat masyarakat wareg wetenge [kenyang perutnya], mereka tidak akan butuh bantuan. Kalau desa menyaingi, kami membunuh mereka,” ujar dia.

Di sisi lain, pemerintah desa mengambil peran melalui dukungan akses transaksi keuangan secara nontunai. BUM Desa menyediakan akses BRI Link, BCA Link, BNI Link, dan lain-lain untuk memudahkan perajin logam di Tumang.

Baca Juga : Yuk! Intip Indahnya View Merapi dari Jembatan Cinta di Jrakah Boyolali

Pengusaha kerajinan logam Tumang, Mimik Sriningsih, menjadi salah satu eksportir produk logam Tumang. Dia mengekspor melalui Jepara. Selain itu, pengiriman produk logam ke sejumlah wilayah dalam negeri, salah satunya Bali, tersendat.

Soal bahan baku, Mimik mengaku mendapatkan dari desa. “Ini Bahan bakunya kan harus impor, tetapi sudah disediakan orang sini. Beli sesuai kebutuhan,” kata Mimik menjelaskan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif